Sambil menggigit bibir, Tiwi melepaskna diri dari pelukan Zaki. Dia tidak pernah menunjukkan dirinya cewek yang lemahsebelumnya, dan tidak akan mulai sekarang.
Apakah Flash Bullet sempat mendengar nama pulau terdekat mereka sebelum radio mati? Upaya penyelamatan tidak dapat membuang waktu yang berharga untuk mencari di sekitar pulau yang salah. Nyawa mamanya bergantung pada panggilan itu. Kehidupan setiap penumpang Earth Wanderer bergantung pada komunikasi singkat itu.
Zaki bersandar ke dinding, mengangkat suar darurat oranye. "Jangan khawatir, pemancar aktif. Mereka akan menangkap sinyal dan datang menjemput kita."
Perahu berderit dan mengerang, membuat Tiwi tersentak kaget. Dia embun membentuk lingkaran bening di jendela berkabut. "Di mana Miko?"
"Gue nggak tahu, tapi seharusnya dia udah balik."
Lampu berkedip dan padam. Setiap otot di tubuh Tiwi menegang ketika dia berkedip-kedip, dibutakan dalam kegelapan yang tiba-tiba.
"Ya, Tuhan! Gensetnya mati."
Tiwi berjalan hati-hati dengan meraba-raba di sepanjang dinding sampai jari-jarinya menyentuh pegangan logam.
Dia mengobrak-abrik laci atas, meraba-raba mencari senter, ketika petir melesat membelah langit. Gelombang ombak menghantam haluan dan pecah menimpa geladak bawah dengan momentum dan kekuatan tsunami yang dahsyat.
Dia merunduk saat massa air menabrak jendela depan anjungan, menghantamnya tubuhnya hingga terjungkal. Dia terengah-engah, batuk, dan kemudian terengah-engah lagi. Air dingin sudah sebatas pinggangnya.