Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Terdampar di Perut Bumi - Buku Satu: I. Terdampar (Part 7)

6 November 2022   12:00 Diperbarui: 6 November 2022   12:03 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Sambil menggigit bibir, Tiwi melepaskna diri dari pelukan Zaki. Dia tidak pernah menunjukkan dirinya cewek yang lemahsebelumnya, dan tidak akan mulai sekarang.

Apakah Flash Bullet sempat mendengar nama pulau terdekat mereka sebelum radio mati? Upaya penyelamatan tidak dapat membuang waktu yang berharga untuk mencari di sekitar pulau yang salah. Nyawa mamanya bergantung pada panggilan itu. Kehidupan setiap penumpang Earth Wanderer bergantung pada komunikasi singkat itu.

Zaki bersandar ke dinding, mengangkat suar darurat oranye. "Jangan khawatir, pemancar aktif. Mereka akan menangkap sinyal dan datang menjemput kita."

Perahu berderit dan mengerang, membuat Tiwi tersentak kaget. Dia embun membentuk lingkaran bening di jendela berkabut. "Di mana Miko?"

"Gue nggak tahu, tapi seharusnya dia udah balik."

Lampu berkedip dan padam. Setiap otot di tubuh Tiwi menegang ketika dia berkedip-kedip, dibutakan dalam kegelapan yang tiba-tiba.

"Ya, Tuhan! Gensetnya mati."

Tiwi berjalan hati-hati dengan meraba-raba di sepanjang dinding sampai jari-jarinya menyentuh pegangan logam.

Dia mengobrak-abrik laci atas, meraba-raba mencari senter, ketika petir melesat membelah langit. Gelombang ombak menghantam haluan dan pecah menimpa geladak bawah dengan momentum dan kekuatan tsunami yang dahsyat.

Dia merunduk saat massa air menabrak jendela depan anjungan, menghantamnya tubuhnya hingga terjungkal. Dia terengah-engah, batuk, dan kemudian terengah-engah lagi. Air dingin sudah sebatas pinggangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun