Sambu, Bos Mafia, bertahan hidup dengan cuci darah dua kali seminggu karena ginjalnya membusuk digerogoti alkohol. Sebagai tangan kanannya, aku mengelola 'bisnisnya' dibantu oleh para preman dan tukang pukul bayaran.
“Bos, aku mau mendonorkan ginjalku buat bos,” kata seorang preman dengan penuh harap padanya di hadapanku.
"Tidak, biar aku yang mendapat kehormatan itu," rengek lainnya.
Mereka semua membuat penawaran, satu demi satu. Bos menatapku seolah-olah menantangku untuk mengikuti mereka.
Aku tertawa dalam hati, mengingat nasib banteng yang ditombak para abdi dalem saat menawarkan dirinya kepada sahabat singanya yang kelaparan.
Tidak ada yang mengerti kalau golongan darahku tidak sama dengan Bos.
Bandung, 5 November 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H