Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Penyihir Kota Kembang: XI. Gambit Menteri (Part 1)

4 November 2022   17:30 Diperbarui: 4 November 2022   17:35 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

"Sudah kubilang," katanya. Suaranya serak, "aku sedang berpikir. Dan sudah kubilang jangan pernah menggangguku saat aku sedang berpikir."

Namanya Nancy atau Ningsih atau sesuatu seperti itu, tetap melanggar perintahnya. "Saya --- saya minta maaf, Pak," katanya. "Tapi --- tapi ada orang yang ingin bertemu Bapak."

Agung menegakkan punggungnya. "Aku tidak menerima tamu."

Nancy---atau Ningsih---menarik napas panjang. "Saya tahu Pak," katanya. "Tapi dia bilang dia mengenal bapak secara pribadi. Dari Wisata Rimba."

Tubuhnya menegang. Masih memegang bidak, pikirannya kembali ke nyala api. Teror. Banjir darah.

"Pak?"

Dia meletakkan bidak di atas mejanya dan berdiri, matanya mengamati ruangan. Lalu jendela. Tempat yang memungkinkan untuk melarikan diri.

"Pak?"

"Apa warna bajunya?"

Nancy---atau Ningsih--- menatapnya dengan jidat berkerut, matanya penuh dengan pertanyaan yang tak diucapkannya. "Ehm... merah, Pak."

"Biarkan dia masuk," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun