Hari itu adalah hari yang sangat indah bagi Taluk Kuantan. Tapi Taluk Kuantan bukanlah tempat untuk membeli mobil, atau setidaknya bukan mobil yang layak dikendarai.
Gumarang meninggalkan rumahnya karena keinginan membeli mobil baru, tetapi dia juga tahu bahwa dia sebaiknya memeriksa beberapa tempat penjualan mobil di kota. Ayahnya telah membangun hubungan baik dengan beberapa dealer di sini, dan dia setidaknya harus memberi mereka muka demi bisnis.
Karena semuanya berada di jalan keluar kota, pemberhentiannya cepat, dan dia tidak membuang banyak waktu. Terakhir kali dia berbelanja mobil, dia menemukan apa yang dia inginkan saat itu di Sentajo. Sentajo bahkan tidak sebesar Taluk Kuantan, tetapi orang-orang di sana memang memiliki selera yang lebih baik. Dan juga tidak jauh.
Dalam perjalanan ke luar kota, dia harus melewati rumah sakit Awang, dan dia sedikit keberuntungan yang dia pikir sudah meninggalkannya, Kuntum kebetulan keluar dari sana. Berhenti di tepi jalan, dia melompat keluar dari Jaguar dan menyusul Kuntum sebelum istri Awang itu naik ke mobilnya sendiri.
"Apa kabarmu, Kuntum? Sudah lama kita tidak bersua."
"Iya, Gum. Awang dan aku punya masalah. Kami sudah mencoba menyelesaikannya dan aku tidak punya waktu untuk melakukan banyak hal di luar rumah."
"Oh, sungguh, teruk nian. Aku harap kalian bisa menyelesaikannya," katanya tanpa niat tulus sama sekali.
Dengan senyum bersinar yang langsung muncul di wajahnya, Kuntum berkata, "Menurutku kami sudah mulai membaik, Gum. Setidaknya aku pikir itu akan menjadi lebih mudah sekarang. Tujuh bulan dari sekarang kami akan memiliki apa kami dambakan selama beberapa tahun terakhir. Bukankah itu hebat? Aku belum pernah melihat Awang begitu bahagia."
"Ya .... ya itu bagus, Kuntum. Aku ikut senang untukmu."
Kata-katanya keluar dengan kepahitan yang tidak bisa dia tekan, dan Kuntum menyadarinya.
"Apakah kamu baik-baik saja, Gum? Kamu tampak tidak terlalu sehat pagi ini. Tidak ada yang mengganggumu, bukan? Apa yang bisa aku bantu?"
"Tidak," katanya dengan masam. "Tidak ada apa-apa. Kurasa aku hanya merasa tidak enak badan. Benar, sekarang aku merasakannya. Aku sedang dalam perjalanan ke luar kota, tapi kurasa aku akan pulang saja dan beristirahat."
"Sayang sekali, Gum. Mungkin sebaiknya Awang memeriksamu sekejap. Aku yakin dia tidak akan keberatan."
"Tidak, tidak. Aku tidak merasa seburuk itu. Kurasa hanya masuk angin."
"Baiklah kalau begitu, sampai jumpa lagi. Aku harus pulang. Aku akan menyiapkan sesuatu yang istimewa untuk makan siang sebagai perayaan."
Dan dengan itu, Kuntum pergi.
Gumarang berdiri dengan merasakan sesak di dada. Bukan karena penyakit, tetapi lebih mungkin karena emosi. Dia harus pulang dan minum banyak untuk menghilangkan ini dari pikirannya. Hari ini telah berubah menjadi hari yang benar-benar menyebalkan.
BERSAMBUNG
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI