Dia terus menatap seolah mengharapkan jawaban. Apakah sebuah kata sandi yang harus dijawab dengan kode tertentu? Jika demikian, seluruh rencana berantakan saat itu juga.
Prima memusatkan pikirannya dengan susah payah. Satu kalimat tercetrus dari benaknya. Dia menggunakannya secara acak, mencoba meniru suara yang didengarnya di jembatan.
"Tergantung apakah aku memegang kartu as."
Pria kurus itu terus menatap. Jantung Prima berdetak kencang, tetapi akhirnya pria di depannya mengangguk pelan.
"Aku harap kamu jalan-jalan sebentar denganku."
 Prima bangkit dan mengikutinya menyusuri lorong. Dia tidak tahu apakah harus menafsirkan kata-kata itu sebagai penerimaan atau hukuman. Dia mungkin pergi ke tugas yang telah dipilih untuknya, atau---dan dia menyadari betapa mungkin itu---ke eksekusi. Namun dia tidak punya alternatif. Dia harus mengikuti sosok ramping dan menyeramkan ke tempat-tempat gelap yang belum pernah didatangi olehnya.
BERSAMBUNG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H