"Pergi dan ambil mangkuk yang ada motif mawar pink. Aku akan mulai mengumpulkan."
Dia menundukkan kepalanya kembali fokus, yakin bahwa aku akan melakukan apa yang dia pinta.
Saat aku berlari ke dapur, Mama tersenyumdan menyodorkan mangkuk keramik kuno bermotif mawar merah muda dan sebotol air.
"Sebaiknya bawa airnya sekalian , atau dia akan menyuruhmu untuk kembali."
Berjongkok di samping adikku, aku menyerahkan mangkuk itu padanya.
"Apakah Mama melihatmu?"
Sambil mengumpulkan kelopak mawar, aku menggelengkan kepala.
"Bagus. Ini akan jadi kejutan."
Dibalut hangatnya kamar rumah sakit, aku melihat kembali ke adikku. Tetap saja, tidak ada perubahan. Tidak ada tanda-tanda dia bisa mencium aroma yang sangat dia sukai.
Namun seyakinnya bahwa aku akan kehilangan dia, aku tahu masih ada waktu untuk satu helai kelopak mawar lagi.
Bandung, 11 Oktober 2022