Aku berputar untuk menghadapnya. "Aku tidak mungkin mengarang hal seperti ini! Dua-duanya ada di sini sekitar satu jam yang lalu. Sambadi terbaring di lantai dan kalengnya ada di meja. Kamu percaya aku, kan?'
"Ayo kita selesaikan ini," kata Joko datardengan nada seperti mengajak minum kopi. "Duduklah, Han. Kamu bilang setelah makan siang kamu mendapat telepon dari lelaki bernama Steben Damanik yang ingin membeli mobil David dari kamu?"
"Betul sekali. Dia bilang dia pernah melihatnya diiklankan di mobil789."
Joko merenung sejenak. "Kamu memasang iklan?"
'Tidak, tapi seseorang melakukannya. Aku melihatnya sendiri."
"Apakah Steben memberikan alasan khusus mengapa dia menginginkan mobil itu?"
"Awalnya tidak. Kemudian, dia mengatakan itu untuk seorang pelanggan."
Joko tercenung dan meraba dagunya. "Jadi, kamu bertemu Steben, menyelesaikan kesepakatan, dan mengatur pengiriman mobil besok pagi?"
"Dia mencoba membujukku untuk meninggalkan mobil di sana. Aku menolak."
"Oh, dia membujukmu?" kata Joko. "Kenapa kamu tidak meninggalkannya?"
Setelah ragu-ragu sejenak, aku menjawab, "Yah, ada dua alasan. Aku ingin tahu reaksi Sambadi, dan aku ingin kesempatan lain untuk memeriksa mobil itu lagi, kalau-kalau melewatkan sesuatu."