Rano melihat kes sekiling untuk melihat jika ternyata Bini bertanya ke orang lain. Tapi di situ hanya ada mereka berdua.
Dia tidak pernah menyangka kalau Bini peduli padanya. Rasanya seperti dunia berubah menjadi permadani dan melayang di udara, sementara dia duduk di atasnya seperti Aladin.
Rano tersenyum memamerkan lesung pipi yang diwariskan oelh mamanya.
"Saya kuliah," katanya.
Mata Bini melotot. Dengan senyum terpaksa, mulutnya mengeluarkan tiruan bunyi mesin.
"Eeerrr---" dia tergagap dan gagal mengucapkan kata yang ada dalam benaknya.
Lalu Bini menggaruk kepalanya, mencoba untuk menguasai dirinya sendiri.
Rano memberikan senyuman dan dia membalas senyumannya juga. "
Selamat. Diterima di mana?" dia bertanya.
"UI," jawab Rano.
Dia jarang berbicara dengan siapa pun di kompleks rusunawa itu sebelumnya. Mereka semua berbicara dengan logat daerah masing-masing dan dia tidak tahu bagaimana caranya bergaul dengan mereka. Sekian lama tinggal di rusunawa telah membuatnya paham dialek dan logat lokal, tetapi dia tetap belum pernah tahu bagaimana cara mengucapkannya.