Aku mendorong pintu ayun dan menuju ke meja resepsionis. Pria di belakangnya melihat tiket, mencapnya, dan mengambil kunci kontak dari pasak di belakangnya. Dia menunjuk ke sebuah pintu tepat di luar ruang pamer.
"Anda akan menemukan mobil di sana, Pak," katanya.
Sepuluh menit kemudian aku mengendarai mobil David ke arah Balai Kota.
Aku berbelok ke sisi jalan dari Jelambar dan berhenti. Mungkin ide yang baik untuk melakukan penggeledahan mobil dengan harapan menemukan sesuatu yang lain untuk dikerjakan.
Saku samping tidak menghasilkan apa-apa kecuali kamus tua yang lusuh dan koran sore yang menguning.
Aku membuka laci dashboard, mengobrak-abrik isinya, dan menemukan setengah kotak permen karet, lap kotor, kacamata hitam, dan kotak kacamata. Aku membuka kasing untuk menemukan sepasang kacamata berbingkai tanduk konvensional, dan di bagian dalam tutupnya ada label kecil dengan nama dan alamat di atasnya:
Ny. Ria Syarif
Pondok Bunga Seruni, Bogor
Sambil mengerutkan kening menatap label selama beberapa detik, aku berpikir keras. Kacamata itu mungkin saja milik salah satu teman wanita David. Buaya darat sepertinya tidak pernah peduli tentang status dan rupa seorang wanita. Aturan 'Laki-laki tidak boleh mempermainkan gadis-gadis berkacamata' tidak ada artinya bagi David. Yang penting dia akan melakukan apapun juga selama masih di bawah lima puluh tahun.
Terpikir olehku bahwa Ratna Dadali mungkin tahu siapa Ria Syarif. Laki-laki yang baru bertunangan setahuku terkadang menceritakan daftar teman perempuan sebelum keduanya berkenalan kepada tunangannya, mungkin dengan maksud untuk memulai dengan awal yang bersih. Aku pikir tidak mungkin David akan memikirkan tindakan pencegahan seperti itu perlu, tetapi dengan David segalanya mungkin saja terjadi.