"Rano berurusan dengan gadis yang tidak berguna itu---" kata Mama Tolleng sambil menunjuk.
"Gadis yang mana?" tanya Bini dan kembali mengencangkan gendongannya. Dia menyesuaikan semua barang yang dia pegang dan berjalan keluar dapur dan menggunakan tangannya untuk menutupi sinar matahari yang menyilaukan pandangannya. "Maksudmu Lola?"
"Ya. Betul. Gadis pembuat onar itu," jawabnya.
"Dia pembuat onar? Benarkah? Aku tidak tahu. Dia sangat baik padaku." kata Bini.
Mama Tolleng tertawa. "Senang sekali rasanya karena dia menemukan lawan yang tepat hari ini. Gadis itu suatu hari nanti akan mencari masalah denganku..." kata Mama Tolleng.
Mama Tolleng sangat senang saat mengatakan itu. Dia meletakkan tangannya di dadanya dan menutup matanya, mengayunkan kakinya ke mana-mana. Bini mendekat ke arah Mama Tolleng.
"Jadi apa yang terjadi hari ini? Cobalah tenang dan jelaskan padaku," kata Bini.
"Rano menghajarnya sampai darah muncrat dari bibirnya."
Bini menggelengkan kepalanya. "Oh," katanya dan berjalan kembali ke dapur.
Dia menatap Mama Tolleng dan menggelengkan kepalanya. Mama Tolleng kembali bergoyang kaki dan mulai berdendang lagu tanpa nada.
Bini menumbuk kentang, sambil sesekali matanya mengarah ke Mama Tolleng. Sebuah suara memanggil Mama Tolleng. Bini melambai tangannya.