Sebelum Rano sepenuhnya sadar bahwa setelah itu gilirannya, Lola mengambil embernya dan mendahului Rano, berlari ke arah keran dengan cepat. Rano berjalan mendekatinya dan menepuk pundaknya. Dia berbalik.
"Apa?" bentaknya.
Semua orang menoleh.
"Gadis kecil, giliranku, jadi pergilah," kata Rano dengan gusar.
Lola menatap Rano dan wajahnya merah terbakar emosi yang membara. Jerigen bocah di depan telah terisi dan air mulai meluber.
"Giliran berikutnya maju," kata sebuah suara.
Anak laki-laki itu mematikan keran, mengangkat jerigennya dan menjauh dari keran.
Rano berusaha meletakkan embernya di bawah keran tetapi Lola mendorong embernya dengan miliknya sendiri.
"Apa kamu gila? Aku di sini sebelum kamu. Kamu sengaja cari perkara siang-siang begini, ya?" ujar Rano emosi.
Orang-orang menatap keduanya tanpa berusaha melerai. Mereka tahu bagaimana sifat Lola dan tidak ingin ribut dengannya. Lagi pula, perkelahian selalu menjadi tontonan yang menghibur, dan siapa yang tak suka hiburan?