Aku mereguk wiskiku. 'Tidak ada yang perlu kamu sesali," kataku padanya.
Dia memberi isyarat dengan tidak sabar. "Tapi aku merasa bertanggung jawab atas semuanya. Setiap rupiah milikmu ada di perusahaan celaka itu."
Aku mengangkat bahu. "Jangan berlebihan. Bagaimanapun, hanya karena kamu bertunangan dengan seorang laki-laki tidak membuatmu ikut bertanggung jawab atas semua perbuatannya."
Ratna menggelengkan kepalanya. 'Sayang, aku serius. Berapa banyak kamu dirugikan? Delapan? Sembilan miliar?'
"Tidak seperti itu." Aku meletakkan gelas minumanku di atas meja dan maju lebih dekat kepadanya.
"Ratna, tidak ada gunanya membahas ini lagi. Aku benar-benar tidak ingin menyalahkan siapapun kecuali diriku sendiri, Kamu tahu. Waktu David mulai melakukan petualangan dan mengabaikan bisnisnya, aku seharusnya mengingatkannya."
"Tapi kamu memang bertengkar dengannya!" katanya dengan berapi-api. "Demi Tuhan, jangan berpura-pura semua baik-baik saja di hadapanku, Han. Kamu bertengkar dengannya dan yang kamu dapatkan hanyalah janji palsu." Suaranya menyiratkan nada pahit. 'Tidak ada yang lebih tahu mulur manis David lebih baik dariku. Lihat surat yang dia tulis untukmu."
"Yang mana?"
"Kamu tahu betul yang mana," katanya dengan emosi. "Yang memintamu menemui dia di Anyer dan semua masalah akan berakhir. Kalau kamu tanya padaku, itu hanya permulaan. Aku tahu betul dia tidak akan muncul, dan bahkan jika dia muncul, dia akan membuat beberapa skema gila untuk membuatmu lupa pada uangmu yang telah dia habiskan.".
Ratna berbalik memunggungiku dan mengetuk kakinya ke karpet dengan tidak sabar.
"Sepertinya kamu lupa," kataku dengan lembut, "bahwa perusahaan kami baik-baik saja sampai---"