"Tidak, dia hanya bilang dia akan menelepon kembali nanti."
Aku baru saja akan mengatakan apa yang harus dilakukan jika Joko Seng menelepon lagi ketika bel pintu berbunyi.
"Aku yakin itu Nona Ratna Dadali," prediksi Bu Sulis. "Dia bilang dia mungkin akan mampir sebelum ke Gedung Kesenian."
Ratna Dadali masuk dan Bu Sulis mundur diam-diam. Ratna Dadali tampak lelah dan khawatir. Wajahnya pucat dan lingkaran hitam di bawah matanya yang dalam. Bahkan rambut hitamnya tidak berkilau seperti biasanya. Dia berkata dengan suara datar dan tanpa ekspresi. "Han, apa kabar?"
"Aku baik-baik saja," kataku. "Mau minum apa?"
Dia melepas mantelnya dan melemparkannya sembarangan ke kursi. Kemudian dia mengulurkan tangannya ke api. "Aku tidak ingin minum sebelum pertunjukan," dia memutuskan.
Aku berjalan menuju meja minuman. "Keberatan jika aku minum?"
Aku menuangkan wiski. Ratna memperhatikanku sejenak. Kemudian dia berkata dengan sedih, "Jadi dia tidak muncul."
"Tidak," kataku.
Dia menghela nafas. "Maafkan aku, Han."