"Berambuslah dan jangan pernah kembali."
"A-aku boleh pergi?" katanya tak percaya dengan pendengarannya. Janar mengangguk perlahan dan pria itu melompat berdiri secara tiba-tiba. "Terima kasih, tuan, terima kasih, nyonya," katanya. Matanya mengungkapkan rasa syukur karena kepalanya masih terhubung dengan badan.
"Para dewa memberkati Anda berdua." Dia menyeka hidungnya yang beringus dengan tangannya dan mencoba menyalami Janar.
Janar mundur dengan jijik. "Pergilah sebelum aku berubah pikiran!"
Pria itu menelan ludah, dan berlari secepat kakinya bisa membawanya.
Sampai kemudian menjelang surya turun ke peraduan, dia masih berlari tanpa berhenti sekejap pun. Orang-orang yang kebetulan melihatnya sekilas pulang ke rumah malam itu, memberi tahu keluarga mereka tentang seorang prajurit yang berlari sedemikian kencangnya, seakan Batara Yama sedang mengintai lehernya.
BERSAMBUNG