Bunyi mobil berhenti di luar.
Pintu terbuka dan Dr. Nasir masuk ke bar. Dia tampak lelah dan tertekan. Ditemani oleh seorang pria tinggi besar yang mengenakan seragam biru yang agak kusut. Terlepas dari ini, dan fakta bahwa dia berjalan dengan canggung dengan bantuan tongkat, ada aura yang tak terlukiskan dan keahlian kelautan yang tangguh.
Dr. Nasir tersenyum tipis padaku dan kemudian menoleh ke si polisi. "Jaka, ini Kapten Ernesto. Dia datang untuk mengambil barang-barang Diego."
Jaka mengangguk. "Semua ada di sini, Pak. Pak Han dan' saya sudah membuat daftar. Yang harus Kapten lakukan adalah menandatangani formulir."
"Thank you,"Â kata Ernesto menatap Jaka dan formulir yang disodorkan kepadanya.
Jaka mengeluarkan bolpoin. "Jika Anda tidak keberatan menandatangani berkas ini, Pak."
Ernesto mencoret-coret tanda tangannya di bagian bawah lembaran kertas. Jaka mengumpulkan barang-barang Diego dan menyerahkannya kepada kapten. Saat dia melakukannya, selembar tiket jatuh ke lantai. Aku mengambilnya dan melihatnya.
"Ini tidak mungkin milik Diego," kataku.
"Ada apa, Pak?" tanya Jaka.
"Ini tiket garasi," jawqabku.