Terdengar ayam jantan berkokok tanda pagi datang.
Mama Rano membuka mata dan meregangkan seluruh tubuhnya sambil tetap berbaring di tempat tidur. Jendela telah terbuka lebar.
Suaminya sudah pergi pagi-pagi buta. Dia punya pekerjaan sampingan pada hari Sabtu. Tirai biru muda tergantung rapat di sisi jendela.
Dia menoleh keluar jendela. Hari cerah memamerkan keindahan dunia. Matahari mendaki bersinar penuh tanpa terhalang awan.
Tetangganya sedang memarahi anak-anaknya, menjewer telinga anak yang lebih tua.
"Gue kata jangan. Jangan ke sono, tapi lu kagak mau denger omongan Enyak, Jenap," salaknya. Dia menyebut "Zainab" dengan intonasinya tersendiri, membiarkan lidah lokalnya yang sehari-hari mengolah ikan asin dan semur jengkol ikut campur.
Adik laki-lakinya melongo menatap ibunya, saat dia memperingatkan kakak perempuannya sambil menuding-nuding sesekali.
Mama Rano menggelengkan kepalanya. Dia membangunkan Suti dan Rano. "Sayang, bangun. Sudah pagi," ucapnya.
Keduanya mengomel sebelum akhirnya bangun.
Suti cepat-cepat keluar dari tempat tidur sementara Rano meregangkan tubuhnya dan tetap berbaring melingkar. Tapi Mama Rano menepuk punggungnya, mengguncang tubuh putranya sebelum Rano akhirnya berdiri selama beberapa menit sebelum keluar dari kamar.