Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bisakah Kalian Mendengarku?

6 September 2022   11:50 Diperbarui: 11 September 2022   09:28 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bur, sarapannya tidak dimakan semuanya. Kadang-kadang dia seperti itu. Dia harus makan siang, dia akan lapar saat itu."

"Han, kamu tahu kalau mereka sudah tua, mereka tidak makan banyak."

 "Itu benar, hal yang buruk."

Bisakah kalian mendengarku? Kalian memaksaku untuk buru-buru. Aku mencoba untuk memberitahu kalian untuk menyuapiku lebih lambat, tidak bisa mengunyah cepat, Kalian tidak mamasangkan gigiku, mereka masih tersenyum padaku dari dalam gelas.

"Ayo, banyak yang harus kita lakukan hari ini, Johan akan membawaku dan anak-anak ke tempat baru itu."

"Tempat baru apa?"

"Kamu tahu, pabrik tua di sudut jalan Pasarbaru, harus mengenakan bawahan terbaik. Anak-anak tidak suka berdandan tetapi mereka harus melakukannya, katanya pakaian menunjukkan kecerdasan."

Aku ingat pabrik lama dari pekerjaan pertamaku saat usia lima belas tahun. Aku bisa menceritakan satu atau dua kisah. aku ingat dulu pernah...

"Ayo kita turunkan dia dari tempat tidur. Ayo, Kakek. Gerakkan kakimu."

"Kurasa dia melakukan ini dengan sengaja, Han."

Bisakah kalian mendengarku? Tolong lihat aku. Aku mencoba tetapi tubuhku tak lagi mengikuti perintah dari otakku. Tolong, bisakah kalian mendengarku?

Aku juga punya kisah untuk diceritakan.

Aku ingat lumpur dingin yang basah. Kami semua seperti ikan sarden di parit. Masih lebih baik ikan sarden saat itu. Sebaliknya kami orang mati dan yang masih hidup semua ditumpuk dari kepala sampai kaki di parit, berharap aku bisa memberi tahu kalian, tetapi seperti yang lainnya, sekarang diam. Tapi itu aku masih hiduo dan tak bisa melupakannya.

Bisakah kalian mendengarku?

"Ayo, Kek, bergeraklah. Cobalah berjalan ke ujung tempat tidur."

"Han, apakah aku sudah memberitahumu cewek tetangga yang pernah kamu taksir? Sebentar lagi dia melahirkan."

"Aku tahu dia sudah menikah."

"Ayolah, Han. Udah tak aneh gerbong kereta mendahului lokomotif."

Bandung, 6 September 2022

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun