"Handuk."
"Aku akan mengambilnya."
Di lemari, kamu meraba-raba ke puncak susunan kain yang rapi, melewati seprai untuk para tamu ke handuk usang di bagian bawah dan mengeluarkan yang kuning pudar.
Tanganmu gemetar saat membelitkannya di bahunya. Ingin merapikannya, tapi tidak perlu. Tangan menguatkan hatimu.
Jam adalah satu-satunya suara di ruangan itu selama beberapa menit saat kamu mengelus bahunya. Akhirnya, mereda  dan napasnya berkurang memburu.
Saat kamu merasakan otot-ototnya melunak, kamu menyentuh kepalanya, tetapi lehernya menegang lagi. Maka kamu menggeser satu tangan ke depan dan membiarkannya menempel di pipinya. Kulitnya dingin dan lembap dan tiba-tiba kamu kembali berusia dua belas tahun lagi, bersembunyi di gudang.
Tanganmu menutup mulutnya untuk menghentikan cekikikannya saat sepupu kalian yang lebih tua mencarimu.
Setetes air mata mengalir di pipimu. Hidungmu berisi cairan, tetapi tanganmu tak bergerak.
"Aku siap," bisiknya. Maka kamu menyalakan alat cukur. Suara isak tangismu teredam suara motor clippers, dan kamu mulai mencukur kepalanya.
Bandung, 4 September 2022