Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jalur Air Pelarian

21 Agustus 2022   17:50 Diperbarui: 21 Agustus 2022   17:50 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

lupakan berita yang dicetak di kertas koran,
menjalar melalui serat optik bening, atau aluminium.
upaya terbaik kita sekarang harus folus pada hal-hal yang lebih penting.
mendekorasi sel di sebelah
mungkin Asian Fusion, artis dari Bandung.
gadis di atas sana melakukannya,
tetapi dia tidak selaras dengan batu dan
aku ingin batu bernyanyi,
senada dengan pakis fibonacci.

aku mengambil jalan pintas sebelumnya,
tidak ada yang sangat berhasil
dalam hal garis bawah atau apa pun.
kita menjadikan beberapa cantrik dan
membawa mereka kembali ke menara,
bekerja di lantai bambu dan daur ulang---
yang pertama kali tidak berfungsi.

pabrik, bukan rumah suci, meledak,
menyumbat lalu lintas menembus cakrawala,
tiga pria dan wanita yang tak terhitung jumlahnya
terlontar dari balai-balai.
unsur air di setiap sudut harus hadir---penting!
tahu betul perang lain datang
dengan kekacauan menyebar.
perang air, perang untuk mengakhiri semua perang
menggelorakan suara angkat senjata

penjaga wilayah terpencil berlipat ganda
mungkin tidak ada gunanya
mendapatkan air seperti yang diberikan Tuhan.
karena Tuhan Yang Maha Esa
bersabda dengan suara guntur yang indah
dengan alis terjepit dan jemari menusuk.
menyelam di sungai keselamatan
untuk tahun depan
tagihan bulanan dan cinta murni sejati
seorang putra untuk ibunya bersatu dalam air yang mengalir
mengalir, berkumpul di ceruk kolam.

Unsur air di setiap sudut harus hadir---penting!

Bandung, 21 Agustus 2022

Sumber ilustrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun