Diana mengira dia mungkin hamil. Dia tidak menginginkan apa pun, menyembunyikan keinginannya, mengendalikan nafsunya. Garis merah muda terbentuk pada strip uji kehamilan. Dia mulai bermimpi tentang nama.
Dia tidak memberi tahu Ravi. Sekarang dia punya tujuan. Akhirnya dia punya bakat, seperti taman.
Bandung yang sejuk dan berkabut. Bunga seruni menghiasi halaman. Diana pulang kerja lebih awal akrena kelelahan.
Band Ravi sedang berlatih. Keripik dan kaleng bir berserakan seperti diacak-acak hewan kelaparan. Melangkahi kotak pizza yang setengah kosong, Diana memasuki dapurnya, menginginkan teh panas dan camilan.
Ada suara-suara di ruang makan. Ravi dan salah satu gadis. Diana bukan tipe pencemburu. Gadis-gadis mengelilingi Ravi seperti umbul-umbul di kompleks saat perayaan Hari Kemerdekaan. Bersandar di lemari, dia mendengar suara Ravi. Sungguh-sungguh, serius.
"Tinggal di sini menjadi hambatan. Aku butuh kebebasan. Aku harus pergi ke Jakarta dan hidup selama setahun. Aku tidak ingin dia ikut bersamaku. Aku hanya tidak tahu bagaimana cara memberitahunya."
Gadis itu menggumamkan simpati atas penderitaannya. Bergerak menjauh, Diana meletakkan ketel, menatap ke tempat dia menggantung ayunan di pohon kersen.
Diana memutuskan bahwa dia menginginkan suami baru.
Bandung, 9 Agustus 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H