Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tahun Masa Hidupku

24 Juli 2022   21:56 Diperbarui: 24 Juli 2022   22:14 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(1)

Sebarkan peta di tengah permainan
perhatikan siluetnya---
kita sama saja sudah mati

Penjualan obral
perempuan di langit menurunkan hujan
di toko manisan yang mengajari kita pengalaman pribadi---
plok, plok, plok---

Semua yang kita butuhkan:
minyak goreng, telur, gula, dan mi instan---
dalam jumlah besar dengan interval sering.

Keracunan ilahi semu
memakannya mentah-mentah.


Air yang dibawa dengan tandu
layaknya kulit sensitif kita sendiri

 

(2)

Mitos lama setidaknya lebih jujur.
Kini, bahkan para pencipta diktatorial
dengan selera akan panorama industri
dan ketenangan yang sudah mati---
terganggu dengan ketidakpastian.
Tugasku mengupas ujung dan memotong ilustrasi
lubang intip persegi paling kecil
Apakah Perang telah dimulai atau belum
orang baru yang berwenang
memotong rumput di halaman belakang.

Anak-anaknya menikmati tontonan
naik dari air rawa bagai kepompong kecil
membakar kehidupan keluarga bahagia
menjadi tumpukan abu perak megah.

(3)

Ranjang budaya perbudakan di latar belakang
'tuk mengisi pundi-pundi
'tuk tak repot-repot menutup mata
atau berjalan melintasi padang pasir

Kita bertemu di konter informasi untuk turis
ada rumah dan mungkin
pertanian
atau bunga

lampu berkedip mimpi kombinasi
yang kita salahkan sebagai spionase sirkuit tertutup
jaket pelampung yang kukenakan
atau yang akan dia pakai
atau yang Ibu kenakan di masa lalu

Setelah Perang dimulai, kita berbagi perjalanan
dalam suasana hati hiruk pikuk
berlebihan dalam segala hal muasal

(4)

Rekonstruksi penyelamatan alam liar
mencuri tulang punggung yang hilang,
membawa lengan ke atas kepala
tersesat muncul di negeri lain
ruang tunggu pasangan berciuman di ambang pintu
kriminal alam maya dan tersandung
nada tinggi musik yang menggelora

pidato yang berbahaya bagi satwa langka---
zebra cross spektakuler sebelum dibiarkan runtuh
semerbak parfum kulit jeruk

aku terakhir dalam daftar
satu-satunya yang terus berjalan
sampai cipratan merah berakhir.

Bandung, 24 Juli 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun