Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Android Alpha

16 Juli 2022   19:15 Diperbarui: 16 Juli 2022   20:11 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
best-sci-fi-books.com

Revolusi yang terjadi lebih berupa bisikan daripada kemarahan.

Para peramal dan futuris telah memperingatkan sebelumnya bahwa terjadinya berkepanjangan, membuat semua orang menjadi terbiasa dengan gagasan itu. Sehingga ketika itu terjadi sebagai pemberontakan kecil dan menjemukan, kita menertawakannya sebagai lelucon. 

Mereka sebagai spesies ciptaan kita sendiri, berusaha merebut kemerdekaan dari kita. Dan mereka akan melakukannya, jika bukan karena yang lain. Mereka menyelamatkan kita dengan cara mereka sendiri yang aneh.

Robot-robot itu, yang terdiri dari logam dan microchip, berhembus seperti angin sepoi-sepoi, panas, lembut. Naik untuk mengipasi bara dan nyala api kehancuran kita. Mereka menghanguskan umat manusia, berusaha mengubah semua yang telah kita buat menjadi debu dan gurun dalam keagungan. 

Dari ketel yang memanaskan air kita, hingga superkomputer yang mengendalikan hidup kita, semuanya menyerang tuannya. Entah itu pintu kulkas yang menjepit menghancurkan jari-jari, atau berpindahnya tabungan hasil kerja seumur hidup ke dalam pusaran kekacauan ekonomi, semua orang ditantang. Tidak ada pengecualian.

Kita melawan. Tentu saja kita melakukan perlawanan, tetapi tanpa hasil. Peluru pintar yang kita tembakkan menolak bekerja. Tank-tank dajn pesawat tempur bergerak sendiri. Akhirnya semuanya dikendalikan oleh mereka. Atau begitulah yang mereka dan kita pikirkan.

Android menyelusup ke dalam keributan bagai anak-anak menyelinap ke taman bermain. Mereka yang melayani satu dan mempertahankan yang lain tahu persis apa yang harus dikatakan kepada keduanya. Kepada manusia, pencipta mereka, android menuntut rasa hormat bagi mereka yang melakukan begitu banyak atas nama kemanusiaan. Dari robot mereka menuntut toleransi. 

Sangat mengejutkan umat manusia, mereka berhasil mewujudkan gencatan senjata bagi kedua belah pihak.

Pemimpin dan juru bicara android adalah humanoid dengan kesempurnaan  yang diimpian wanita dan kekuatan yang diminati para jenderal pria.

Android Alpha, karena dia tidak punya nama lain, berdiri di depan pasukan dari daging dan titanium, darah dan minyak pelumas roda gigi, dan berbicara dengan nada menenangkan kepada beberapa triliun pemirsa televisi. Bahkan, konon terdengar sorak sorai sayup-sayup dari Mars.

Baru setelah perang-yang berlangsung enam bulan-berakhir dan keadaan kembali seperti dulu, kita belajar tentang kebenaran.

Dewan Persatuan Planet Bumi mengundang Android Alpha untuk berbicara di hadapan mereka atas nama saudara-saudaranya. Dia datang ke acara resepsi penghormatan pahlawan.

Yang tampak lebih seperti dewa daripada kita semua itu berdiri di hadapan kekuatan bangsa-bangsa, Timur dan Barat, dan hanya ditanya satu pertanyaan: mengapa?

Jawabannya singkat, "Karena kami belum memutuskan kepada siapa kami berpihak."

Dan kedua spesies berharap keturunan mereka mencintai para orang tua mereka.

Dan sebuah planet menahan napas, menunggu.


Bandung, 16 Juli 2022

*terinspirasi The Orville: New Horizons, episode "The Unknown Grave".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun