Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ayat Kereta Kemajuan

12 Juli 2022   22:49 Diperbarui: 13 Juli 2022   05:35 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

selisik kerajaan tua yang hilang
di aula duduk tercenung
waktu cenderung menjarah
masuk mungkin berarti terjun

cahaya halo dari ikon-ikon film di Holywood
salah satu cara untuk latihan, latihan.
salah satu cara untuk menunjukkan jarak

gagasan terletak dalam kemajuan
tetapi tahun-tahun berlalu bagai napas terhembus lepas.
tetapi tahun-tahun berlalu dan napas tarik berlanjut
siapa yang menuntut rasa pencapaian?
kita hidup dalam mimpi yang bersebelahan dengan mimpi lainnya

pusaran sariawan filsuf terbang ke sarang surgawi
apakah ada kita di alam semesta atom?
mari mulai dengan spesifik akhir pekan musim rontok
bunker perlindungan
keledai dan teratai penanda bentrok pikiran

genre film ternyata ikan asin
curiga saat terhanyut, tapi kemudian

konjungsi korelatif hidup seorang gadis dengan miliknya sendiri
perasaan aneh
tiba di sini atau di sana di kota yang bagaimana
dan prasangka berubah menjadi emas
melawan residu Gotham gedung pengadilan
menghitung batu bata

kita menghitung pikiran tetapi mereka tidak berubah menjadi kerajaan. Sebuah kandang merpati pemikiran, bisik Plato
kita memiliki cita-cita tetapi mereka tidak berubah menjadi pencapaian.

'jika beruntung' adalah cara untuk melihat kemajuan.
industri kacangan dua puluh pekerja di satu ruangan,
gelisah jalan lambat, dua puluh merpati di ambang jendela

leher mengikat kepala pada tubuh serupa keledai
sihir utama di tulang belakang

ini kisah sisa, sebagai seks yang akan datang
atau kehidupan masa lalu
cukup untuk mengatakan bahwa kita enak
orang-orang bodoh berusaha sangat keras

Mari kita lupakan filsuf dan mulai semedi
duduk sila adalah gambaran yang baik
modal yang kita danai
gedung di seberang jalan
tetangga berdiri di pekarangan menopang langit

mengangguk di atas permadani terbang
bidadari di sudut kota
ketenangan yang mungkin dibeli

pinggul kiri nyeri menanggung beban
statis dari audio film, merpati, mencoba ternyata

Bandung, 12 Juli 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun