Kata yang Tak Terucap
Suatu ketika, kamu mengenal seorang gadis dan kamu mencintainya meskipun tidak pernah mengatakannya. Selama bertahun-tahun, kamu tidak pernah sekali pun mengatakannya.
Itu membuatmu tak tergantikan. Siapa lagi yang bisa mengatakan begitu banyak dengan sangat sedikit kata? Berdua, kalian memberi nama pada setiap tanaman, tempat dan hewan. Alih-alih berbicara tentang cinta, kamu berbicara tentang Paris di musim semi, tentang singa di Kalahari.
Itu adalah bahasa yang kata-katanya menjadi kenangan dan tak ada bandingannya.
Namun, kini tak ada lagi kenangan. Tidak ada tempat, tidak ada hewan atau tanaman.
Tidak ada kata-kata ayang tersisa untuk tidak mengatakan, aku mencintaimu.
Untuk tidak mengatakan, kembalilah.
Bandung, 7 April 2022
***
Tak Mampu Berkata-Kata
Tes. Lagi-lagi tes.
Keluarkan aku dari sini!
Seorang dokter muda, wajahnya berjerawat dan napasnya bau jengkol, menyorotkan sinar dari lampu senter yang menyilaukan ke mataku.
"Tidak ada tanggapan. Saya khawatir amantidine sepertinya tidak membantu."
Sialan kau, Dok! Aku bisa mendengarmu!
Syauki dan Dewi berdiri di dekatnya, bertukar pandang, pura-pura prihatin.
"Koma sangat bervariasi. Dalam kasus saudara Anda, saya khawatir tidak ada lagi yang bisa kami lakukan." Dokter itu ragu-ragu. "Sulit untuk menyampaikan ini, tapi setelah bertahun-tahun, mungkin sudah waktunya."
Dia batuk-batuk, malu. "Ini formulirnya."
Syauki dan Dewi mendesah dan bergumam, kesedihan yang jelas-jelas palsu terukir di wajah mereka.
Tunggu, tidak!
Bandung, 7 April 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H