Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tempat Kejadian Perkara

6 April 2022   06:02 Diperbarui: 6 April 2022   21:46 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terima kasih untuk pita yang bersliweran di bangunan yang merupakan rumahku. Aku tidak bisa mengatakan "Aku suka bajumu" tapi aku suka bagaimana kamu dan aku memakai baju.

Baju terbaikku mirip kandang dan joran pancing. Baju terbaikku memiliki mata tempat meletakkan kaki.

Tadi malam aku bermimpi tentang stoking. Jenis kelamin terkadang muncul begitu saja di pantai seperti gurita. Seperti tempat kejadian perkara, dengan kerawang yang rumit, tanaman merambat, buah yang selalu feminin, ranting emas, daun palem, anggur, pakis, sembunyi.

Ada cara di mana surat seperti ini adalah benda yang diikat dengan tangan, dan ada cara lagunya berbunyi "Billy Jean is not my lover."

Ada pembunuh di sini. Apa ini memberitahu kita tentang keterikatan kita untuk proses, ego kita untuk objek korelatif? Tentang gadis punk rock yang tak menikah dan buku yang tidak akan mereka bawa pulang untuk dibaca oleh putri mereka?

Di luar, semua yang kita lihat ada ornamen taman yang dibentuk menjadi topiari binatang purba nan telah punah.

Api kecil berkelap-kelip di dalam kayu gelondongan yang dicat keramik. Bola salju kemunafikan menggelinding dari cakrawala kota yang pernah dikunjungi. Balerina plastik dalam korset berujung emas dan rok tulle asli muncul dari kuburan satin lipit merah muda dari kotak musik.

Kamu mengerti. Aku tahu kamu mengerti. Betapa kita semua menginginkan teh hangat, bola kapas, gula batu, kepingan salju, dan awan berarak.

Cokelat susu meleleh di tangan, tetapi tidak di mulut kita.

Tanganku mungil bagai lengan gadis kecil. Mereka dapat melakukan tujuh atau delapan hal saja. Jika seseorang, Adam misalnya dapat menutup jendela kaca untuk menutup kota tempat kita berada. Dibantu oleh tang, tanganku yang mungil melepaskan baja yang kuat dari gantungan kawat, membuatnya menjadi instrumen primitif, untuk memanggang kebab atau membuka pintu mobil. Atau untuk aborsi di kamar mandi, Irena.

Aku memiliki tangan yang mungil.

Inilah akhirnya. Dan kamu juga tahu apa yang kumaksud dengan itu.

Bandung, 6 April 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun