Sayangnya, David sepertinya tidak pernah bahagia dengan apa yang diperolehnya. Dalam waktu singkat dia memainkan peran sebagai eksekutif bisnis, lengkap dengan rekening akun pribadi dan BMW 532i.
Dia mulai melakukan lebih banyak lagi perjalanan ke luar negeri, dan sekali atau dua kali aku mendapatkan bahwa dia mengunjungi Thailand ketika dia seharusnya berada di Batam. Kembali di Jakarta, dia menghabiskan banyak waktu di klub malam. Dalam salah satu 'kunjungannya' ke salah satu tempat hiburan kelas atas, dia berhasil menangkap Ratna Dadali, aktris sinetron dan mantan idola remaja, hanya beberapa hari setelah perceraian si Ratna disahkan pengadilan. Mereka baru saling kenal selama dua minggu ketika mereka mengumumkan pertunangan mereka.
Aku melakukan yang terbaik untuk membatasi pengeluaran David, tetapi itu tidak mudah dan sisi akuntansi bisnis kami adalah yang paling tidak efisien. Terlalu banyak pekerjaan sehingga tak banyak waktuku untuk dihabiskan di kantor, dan harus menyerahkan sebagian besar kepada kasir tua paruh waktu yang takut menyinggung David.
Namun, karena pesanan terus mengalir ke buku kami dan aku berkonsentrasi pada hal-hal praktis, dan David punya cara  yang licin dalam memberi kesan kepada sebagian besar pelanggan kami. Baru pada akhir tahun ketiga kerja sama kami, akuntan perusahaan itu pada suatu pagi dan menunjukkan kepadaku setengah lusin cek yang jelas-jelas membuatnya khawatir. Jumlahnya cukup besar, dan telah diuangkan oleh David di berbagai bank. Ada tanda tangannya sendiri dan tanda tanganku seperti biasa, dan tampaknya asli, tetapi aku tidak ingat bahwa aku telah menandatanganinya. Baru setelah memeriksanya dengan cermat, aku menyadari bahwa tanda tanganku telah dipalsukan. Pemalsuan yang sangat bagus.
Sewajarnya, aku harus menkonfrontasikannya dengan David. Walnya dia menyangkal, seperti yang sudah kuduga, tetapi ketika dihadapkan dengan pertanyaan tentang barang atau nilai apa yang dia habiskan, dia akhirnya terdesak dan mengakui bahwa dia telah mencairkan cek untuk melunasi beberapa utang mendesak.
Aku menduga bahwa itu ada hubungannya dengan kebiasaan berjudi, tetapi dia cenderung untuk memperlakukan seluruh urusan dengan enteng.
"Hanya sementara, Han. Aku akan membayar semuanya dalam satu atau dua bulan."
"Lihat, David," protesku. "Ini bukan hanya soal beberapa perak dari kas kecil. Hampir dua ratus juta. Belum lagi janjimu sebesar empat miliar sebagai penyertaan modal dalam kemitraan."
Dia mengangguk dengan sungguh-sungguh. "Kau benar". Dia menatapku tepat di mata. Genpakan saja jadi lima miliar, oke? Tentu saja, Ratna akan memberiku uang saat ini juga kalau aku minta, tetapi aku punya kesepakatan pribadi yang akan menghasilkan enam miliar dalam beberapa minggu ke depan."
"Kesepakatan pribadi?" aku bertanya curiga.
"Tidak ada hubungannya dengan bisnis," dia meyakinkanku dengan tergesa-gesa. "Hanya bisnis sampingan kecil yang aku lakukan untuk seorang teman. Seharusnya cukup untuk melunasi hutangku kepadamu."
Dia berjalan keluar dari kantor dan aku tidak melihatnya lagi selama tiga hari. Sementara itu, bank mulai gelisah tentang kredit berjalan kami yang sekarang cukup tinggi, dan di atas itu dua kreditur terbesar kami mulai mendesak pembayaran.
Satu hal mengarah ke yang lain, dan pada akhir bulan kami menghadapi likuidasi. David Raja sama sekali tidak membantu ketika aku benar-benar membutuhkan pengetahuan finansialnya, apalagi koneksi. Dia menghilang selama beberapa  hari dan tidak memberikan penjelasan atas ketidakhadirannya. Aku menghabiskan banyak waktu mencoba menjelaskan masalah kepada kreditur, tetapi pemasok tidak akan menunggu, dan dua dari cek kami telah ditolak bank.
Sehari setelah likuidasi kami diumumkan, aku mendapat pesan dari David, yang ditulis di kertas setengah lembar. Bunyinya:
Tuan Handaka yang terhormat, Masalah kita sudah selesai. Temui aku di Marbella Anyer, besok malam. Akan menjelaskan semuanya.
Hormat, David Raja.
Aku keluar dari Jalan Tol Jakarta -- Merak di Gerbang Tol Cilegon Timur dan menuju barat daya. Cuaca berubah menjadi buruk, cocok dengan suasana hatiku.
BERSAMBUNG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H