Kecelakaan yang sangat mengerikan. Terburuk dalam sejarah lalu lintas Kesultanan Melayu Raya. Tiga puluh tujuh tewas, seratus tujuh belas terluka.
Kabut yang harus disalahkan, atau setidaknya kabut dan konvoi turk gandeng delapan belas roda.
Saat itu pagi hari, dan arus lalu lintas berkecepatan tinggi di atas jalan bebas hambatan menuju Pekanbaru. Kabut tebal menggila membuai kami semua yang masih terkantuk-kantuk atau mabuk darat. Dan seperti biasa, satu kesalahan mengarah ke kesalahan lain, dan ... Aku rasa gambarannya sudah cukup jelas.
Aku adalah salah satu yang beruntung, tidak mati, tetapi juga tidak benar-benar hidup.
Aku sedang koma. Kedamaian dan kebahagiaan di bawah pengaruh obat bius mengalir ke pembuluh darahku untuk menenangkan tubuhku yang hancur.
Penampilan luar bisa menipu, tetapi tidak dalam kasusku. Sama saja sebelum dan setelah kecelakaan. Atau, setidaknya, damai yang akan kurasakan sejak saat itu. Tentu saja, saat itu aku tidak mengetahuinya karena koma. Seperti yang kukatakan, kedamaian... kebahagiaan...
Hidup selalu menyebalkan dan kemudian kamu mati, tetapi hanya jika kamu beruntung.
Bagiku, bau kuah satai daging rusa basi memenuhi udara.
Baiklah. Ini dia.
Bergetar seperti kejang dan dunia komaku berubah. Bau mengerikan dari bau kuah satai daging rusa basi samar-samar bertahan, tetapi tidak ada hal lain yang kukenal.