Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Legenda Sang Perusak (Bab 1)

27 Maret 2022   20:20 Diperbarui: 27 Maret 2022   20:23 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Kecelakaan yang sangat mengerikan. Terburuk dalam sejarah lalu lintas Kesultanan Melayu Raya. Tiga puluh tujuh tewas, seratus tujuh belas terluka.

Kabut yang harus disalahkan, atau setidaknya kabut dan konvoi turk gandeng delapan belas roda.

Saat itu pagi hari, dan arus lalu lintas berkecepatan tinggi di atas jalan bebas hambatan menuju Pekanbaru. Kabut tebal menggila membuai kami semua yang masih terkantuk-kantuk atau mabuk darat. Dan seperti biasa, satu kesalahan mengarah ke kesalahan lain, dan ...  Aku rasa gambarannya sudah cukup jelas.

Aku adalah salah satu yang beruntung, tidak mati, tetapi juga tidak benar-benar hidup.

Aku sedang koma. Kedamaian dan kebahagiaan di bawah pengaruh obat bius mengalir ke pembuluh darahku untuk menenangkan tubuhku yang hancur.

Penampilan luar bisa menipu, tetapi tidak dalam kasusku. Sama saja sebelum dan setelah kecelakaan. Atau, setidaknya, damai yang akan kurasakan sejak saat itu. Tentu saja, saat itu aku tidak mengetahuinya karena koma. Seperti yang kukatakan, kedamaian... kebahagiaan...

Hidup selalu menyebalkan dan kemudian kamu mati, tetapi hanya jika kamu beruntung.

Bagiku, bau kuah satai daging rusa basi memenuhi udara.

Baiklah. Ini dia.

Bergetar seperti kejang dan dunia komaku berubah. Bau mengerikan dari bau kuah satai daging rusa basi samar-samar bertahan, tetapi tidak ada hal lain yang kukenal.

Seperti itulah saat pertama kali terjadi, aku berteori, dan salah satu dari beberapa kali kejadian yang tidak begitu ingat karena koma. Meski begitu, awalnya selalu sama, dan aku bisa berspekulasi bahwa itu selalu sama ketika aku koma karena tidak berubah sejak itu. Setidaknya tidak sampai hari nahas berikutnya yang harus saya ceritakan kepadamu.

Yang satu ini benar-benar mengubah segalanya. Seperti yang kuperkirakan, bahwa menghidupkan kembali masa lalu adalah mimpi buruk yang luar biasa bagi kebanyakan orang.

Aku ragu bahwa ada orang yang jujur saat mengatakan ingin kembali dan mengulangi bagian hidup mereka tanpa dapat mengedit saat mereka merangkak kembali melalui detik-detik waktu.

Bayangkan kesengsaraanku ketika aku mengingat dan menceritakan periode singkat di masa laluku kepadamu. Bukan contoh terbaik dari hari baik dalam hidupku, setidaknya. Sekarang bayangkan bahkan hari terbaik dalam hidupmu sendiri... luangkan waktu untuk membayangkan hari yang indah itu, dan kemudian, isi ruang yang tersisa di antara momen-momen yang sangat singkat yang sebenarnya kamu pilih untuk diingat.

Apa yang kamu pikirkan selain hari yang buruk dan menyedihkan yang kamu pegang erat demi menjaga supaya ytetap waras?

Secara keseluruhan, seperti yang kukatakan, hidup itu menyebalkan, jika kau belum pernah mendengarnya dan benar-benar mengakuinya sebelumnya.

Omong-omong, namaku Awang, Awang Dermawan. Dokter Awang Dermawan, seolah-olah orang yang sangat peduli pada saat ini. Selamat datang di neraka pribadiku.

Mari kita mulai....

Awal musim kemarau telah tiba di Kesultanan Melayu Raya, musim yang secara umum menyenang di bagian negara yang mencakup hampir setiap jengkal wilayah antara Republik Minangkabau di barat, Persemakmuran Sriwijaya di selatan, dan Bangsa Aceh Darussalam di utara. Hamparan sawah dan kebun buah dengan mudah mengalih perhatianmu, jika pikiranmu tidak disibukkan dengan berbagai kekejaman hidup.

Sayangnya, kekejaman ini menelan kebanyakan orang, dan hanya sedikit yang benar-benar mengakui kebaikan yang melekat pada lingkungan mereka sampai mereka ditakdirkan untuk meninggalkannya. Satu kaki di kuburan atau malah lebih mengerikan dalam beberapa hal, perjalanan ke pusat Kesultanan Melayu Raya, Pekanbaru. Apa pun masalahnya, keluarga Dermawan tidak punya rencana melanggar aturan.

Hari yang hangat dan cerah membawa mereka tanpa ragu ke salah satu lokasi paling indah di kawasan itu, dan mereka segera mendaki lereng curam menuju Tesso Nilo.

Kecelakaan yang sangat mengerikan. Terburuk dalam sejarah lalu lintas Kesultanan Melayu Raya. Tiga puluh tujuh tewas, seratus tujuh belas terluka.

Kabut yang harus disalahkan, atau setidaknya kabut dan konvoi turk gandeng delapan belas roda.

Saat itu pagi hari, dan arus lalu lintas berkecepatan tinggi di atas jalan bebas hambatan menuju Pekanbaru. Kabut tebal menggila membuai kami semua yang masih terkantuk-kantuk atau mabuk darat. Dan seperti biasa, satu kesalahan mengarah ke kesalahan lain, dan... . Aku rasa gambarannya sudah cukup jelas.

Aku adalah salah satu yang beruntung, tidak mati, tetapi juga tidak benar-benar hidup.

Aku sedang koma. Kedamaian dan kebahagiaan di bawah pengaruh obat bius mengalir ke pembuluh darahku untuk menenangkan tubuhku yang hancur.

Penampilan luar bisa menipu, tetapi tidak dalam kasusku. Sama saja sebelum dan setelah kecelakaan. Atau, setidaknya, damai yang akan kurasakan sejak saat itu. Tentu saja, saat itu aku tidak mengetahuinya karena koma. Seperti yang kukatakan, kedamaian... kebahagiaan...

Hidup selalu menyebalkan dan kemudian kamu mati, tetapi hanya jika kamu beruntung.

Bagiku, bau kuah satai daging rusa basi memenuhi udara.

Baiklah. Ini dia.

Bergetar seperti kejang dan dunia komaku berubah. Bau mengerikan dari bau kuah satai daging rusa basi samar-samar bertahan, tetapi tidak ada hal lain yang kukenal.

Seperti itulah saat pertama kali terjadi, aku berteori, dan salah satu dari beberapa kali kejadian yang tidak begitu ingat karena koma. Meski begitu, awalnya selalu sama, dan aku bisa berspekulasi bahwa itu selalu sama ketika aku koma karena tidak berubah sejak itu. Setidaknya tidak sampai hari nahas berikutnya yang harus saya ceritakan kepadamu.

Yang satu ini benar-benar mengubah segalanya. Seperti yang kuperkirakan, bahwa menghidupkan kembali masa lalu adalah mimpi buruk yang luar biasa bagi kebanyakan orang.

Aku ragu bahwa ada orang yang jujur saat mengatakan ingin kembali dan mengulangi bagian hidup mereka tanpa dapat mengedit saat mereka merangkak kembali melalui detik-detik waktu.

Bayangkan kesengsaraanku ketika aku mengingat dan menceritakan periode singkat di masa laluku kepadamu. Bukan contoh terbaik dari hari baik dalam hidupku, setidaknya. Sekarang bayangkan bahkan hari terbaik dalam hidupmu sendiri... luangkan waktu untuk membayangkan hari yang indah itu, dan kemudian, isi ruang yang tersisa di antara momen-momen yang sangat singkat yang sebenarnya kamu pilih untuk diingat.

Apa yang kamu pikirkan selain hari yang buruk dan menyedihkan yang kamu pegang erat demi menjaga supaya ytetap waras?

Secara keseluruhan, seperti yang kukatakan, hidup itu menyebalkan, jika kau belum pernah mendengarnya dan benar-benar mengakuinya sebelumnya.

Omong-omong, namaku Awang, Awang Dermawan. Dokter Awang Dermawan, seolah-olah orang yang sangat peduli pada saat ini. Selamat datang di neraka pribadiku.

Mari kita mulai....

Awal musim kemarau telah tiba di Kesultanan Melayu Raya, musim yang secara umum menyenang di bagian negara yang mencakup hampir setiap jengkal wilayah antara Republik Minangkabau di barat, Persemakmuran Sriwijaya di selatan, dan Bangsa Aceh Darussalam di utara. Hamparan sawah dan kebun buah dengan mudah mengalih perhatianmu, jika pikiranmu tidak disibukkan dengan berbagai kekejaman hidup.

Sayangnya, kekejaman ini menelan kebanyakan orang, dan hanya sedikit yang benar-benar mengakui kebaikan yang melekat pada lingkungan mereka sampai mereka ditakdirkan untuk meninggalkannya. Satu kaki di kuburan atau malah lebih mengerikan dalam beberapa hal, perjalanan ke pusat Kesultanan Melayu Raya, Pekanbaru. Apa pun masalahnya, keluarga Dermawan tidak punya rencana melanggar aturan.

Hari yang hangat dan cerah membawa mereka tanpa ragu ke salah satu lokasi paling indah di kawasan itu, dan mereka segera mendaki lereng curam menuju Tesso Nilo.

BERSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun