Kamu menganggap dirimu kuat. Kamu bangga dengan kemampuanmu untuk mengatasi tantangan dengan keberanian, keterampilan, dan kekuatan.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir kamu mulai mempertanyakan kekuatanmu. Hampir setiap hari kamu menggunakannya untuk menopang beban tinggi-tinggi di udara. Namun, ada kalanya tidak ada bincang-bincang, kebiasaan sehat, atau pelatihan psikologis yang memberikan kekuatan yang kamu butuhkan. Otot-ototmu menekuk dan beban runtuh, meninggalkanmu terkapar dan lemah.
Kamu mendengarkan khotbah pemuka agama dan membayar motivator, tapi yang kamu ingin dengar adalah kata-kata bahwa kamu punya kelebihan, kekuatan, yang harus dibanggakan.
Kamu tidak ingin mendengar lagu-lagu mendayu yang menyebutkan patah hati, mengungkapkan kegagalan saya, dan menjeritkan kelemahanmu.
Namun, dengan terus-terusan menyangkal kekuranganmu telah membawa kamu ke titik nadir.
Peran 'orang kuat' menghalangimu untuk mendapatkan keberanian, keterampilan, dan kekuatan yang lebih besar.
Kita dapat mencoba untuk mengangkat beban kita tinggi-tinggi saat kita menjadi pusat perhatian atau berita utama.
Saat ini rendah hati diri sudah tidak lagi menjadi kebiasaan. Pawang hujan yang dulunya merupakan profesi dibalik bayang-bayang, baru beberapa saat yang lalu diviralkan oleh seseorang yang kesehatan mentalnya diragukan.
Kamu ingin menyerah tentang pencapaian yang telah kamu lakukan. Kamu ingin menyerahkan hari-harimu dari akting tanpa akhir dan kamu menerima peran tokoh pasrah dengan keadaan karena akan selalu ada hari yang lebih  baik pada hari-hari burukmu, dan hari-hari buruk setelah hari-hari terbaikmu.
Mulai hari ini, kamu akan menjadi manusia yang kuat. Bukan hanya dengan berjuang, tetapi dengan berserah pasrah.
Bandung, 27 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H