Akhir abad ke-21 adalah masa kekacauan, kekerasan, dekadensi, dan hedonisme. Menciptakan kekacauan pada manusia yang sangat berpengaruh bagi kaum kami.
Tuan kami telah memperingatkan pentingnya pengekangan  dan ketertiban, hukumnya jelas dan konsekuensi untuk yang melanggarnya, hukuman mati selamanya.
Cinta menutupi pikiran yang paling waras.
Aku melihatnya melangkah ke bawah sinar matahari siang, kepala terangkat tinggi, tulang punggung tegak tak tertekuk.
Aku, kekasih dan rekan konspirator sukarelanya, tidak melakukan apa-apa. Hati pengecutku tidak pernah sebanding dengan baja di hatinya yang merah.
Ayahnya berdiri bergeming, mengenakan mahkota seringan bulu angsa, ketika putri satu-satunya dan pewarisnya menebus pengkhianatan kepada kaumnya.
Api menjilati sepanjang kulitnya dan asap mulai naik.
Tidak sedikit pun emosi melintasi wajahnya, tidak ada suara dari bibirnya.
Kerumunan yang berkumpul berbalik, diam tak bersuara.
Hukum telah dilaksanakan, tidak ada jejak sang putri yang tersisa, Baru berumur 220 tahun, tiada artinya dibandingkan dengan abadinya mentari.