Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

6 Alasan Mengapa Kakakku Membenciku

22 Maret 2022   10:10 Diperbarui: 22 Maret 2022   10:20 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SATU

Kakakku Fugia memiliki kulit cokelat yang indah, mulus, dan hangat. Kulitku seperti kulit kentang, menguning, kering, dan rapuh.

Beberapa helai rambut yang tumbuh di kulit kepala di antara bekas luka kalah jauh dibandingkan obak hitam tebal yang terurai melewati bahunya dan akan tumbuh sampai ke pinggangnya jika dia membiarkannya. Dia selalu siaga dan benar dalam mengatur posturnya, sedang aku membungkuk dan meringkuk seperti clurit.

Dia sempurna dan aku cacat, dan dia membenciku.

DUA

Kakakku Fugia sangat pintar. Dia berbicara dengan komputer. Maksudku, secara harfiah. Dia adalah seorang teknopath. Segala sesuatu yang mempunyai kabel dan bergerak dengan listrik, akan tunduk di bawah keinginannya.

Dia kaya, lebih kaya dari yang pernah aku bisa. Hanya dengan melakukan apa yang dia mampu secara alami dan menyamarkannya di bawah sebutan 'konsultan jaringan'.

Dia berbicara bahasa mesin dengan sangat baik dan berhubungan dengan makhluk hidup dengan sangat buruk. Aku masih hidup, dan dia harus menjagaku.

TIGA

Kakakku Fugia adalah pejuang yang tanpa takut menghampiri kematian dengan dan menarikku darinya. Artinya: dia merangkai labirin koridor putih untuk kembali ke fasilitas tempat kita diciptakan dan membebaskan saudara-saudara kami dari ruang terkunci dan inkubator yang dijalankan komputer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun