Kisah ini adalah dongeng yang semua orang telah mendengarnya berkali-kali sebelumnya. Dimulai dengan seekor naga. Kamu bukan naga.
Naga adalah makhluk bersisik yang menyemburkan api, dan kamu mempunyai kulit lembut dan menghembuskan udara yang berbau seperti apa pun yang kamu makan untuk makan siang.
Naga itu-yang jelas bukan kamu-melingkar di dasar menara. (Kamu bukan menara, karena itu adalah benda mati. Aku tidak perlu memberitahumu ini.)
Di dalam menara ada seorang putri. Seperti yang mungkin sudah kamu duga, kamu juga bukan sang putri. Dia sesuai dengan beberapa stereotipe dari masyarakat tentang apa artinya menjadi wanita yang sempurna. Kamu terlalu maskulin, atau terlalu gemuk, atau kulitmu terlalu gelap. Jangan cari dirimu dalam cerita ini. Carilah di tempat lain.
Lagi pula, kamu tidak ingin menjadi putri. Yang dia lakukan hanyalah menunggu untuk diselamatkan, dan tidak ada yang lebih membosankan daripada menunggu, bukan?
Di suatu tempat di kerajaan, ada seorang pahlawan kesatria. Kamu ingin menjadi pahlawan sehingga kamu bisa berpetualang dan membantu orang. Akan menyenangkan untuk dikagumi karena keberanianmu. Tapi, jelas, kamu bukan pahlawan atau ksatria dari cerita ini. Karakteristik standar seorang pahlawan kesatria berbeda dari yang dibutuhkan untuk menjadi seorang putri, tetapi kamu pasti tidak memilikinya.
Pahlawan-yang sudah dipastikan bukan kamu-membunuh naga dan menyelamatkan sang putri. Tidak ada yang heran atau kaget, semua sudah pernah mendengar sebelumnya.
Mereka tidak menyadari bahwa kamu tidak ada dalam cerita. Tidak akan pernah terpikir oleh mereka untuk bertanya mengapa.
Kamu adalah pahlawan dari cerita lain, dan itu adalah cerita yang jauh lebih menarik.
Aku berharap kamu menceritakannya, dan orang-orang akan mendengarkan.
Bandung, 20 Maret 2022Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H