Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Memasuki Tahun Ketiga

19 Maret 2022   20:44 Diperbarui: 19 Maret 2022   21:38 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wholelattelovecafe.org

(1)

polemik lama setidaknya jujur
kini, bahkan para penemu kediktatoran,
selera mereka akan pemandangan industrial
dan ketenangan mati suri
terganggu oleh ketidakpastian
tugas kita adalah menguliti tepi
dan memotong ilustrasi
lubang intip persegi terkecil
Perang Kita dimulai, atau tidak
orang baru berwenang
memotong rumput di halaman
belakang kita yang luas
anak-anak menikmati tontonan
naik dari air dengan perahu
membakar kehidupan keluarga
bahagia menjadi tumpukan abu yang megah

(2)

Setelah bertunangan
membawa pahlawati ke ranjang seni budaya
perbudakan di latar belakang
mengisi pundi-pundi
peringatan untuk jangan repot-repot menutup mata
atau berjalan melintasi gurun pasir
ada rumah
dan mungkin pertanian atau kebun bunga
lampu berkedip pada mimpi yang keliru
Mata-Mata Bunuh Diri
jaket pelampung yang kupakai
atau yang dia pakai
atau yang Ibu kenakan di masa lalu
setelah Perang Kita dimulai

Kita berbagi pengembaraan
dalam suasana hati yang kurang hiruk pikuk
justru berlebihan dalam segala

(3)

Mari sebarkan peta di tengah permainan
pandang bayangnya-
sama saja sudah mati
di toko manisan mengajari kita pengalaman
pribadi-pop, pop, pop-semua yang kami butuhkan:
susu, telur, gula, dan cokelat-dalam jumlah besar
kecuali minyak goreng dengan interval yang sering

Kita pikir keracunan
memakannya mentah-mentah saat itu juga
membawanya pulang dengan tandu
rasanya seperti kulit sandal

(4)

alam liar
 punggung hilang
membawa lengan
di atas kepala

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun