Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Alien

16 Maret 2022   11:24 Diperbarui: 16 Maret 2022   11:28 1166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku selalu pulang kerja setidaknya dua atau tiga jam lebih awal dari istriku, dan aku menikmatiku waktuku bersendiri. Bukannya aku melakukan sesuatu yang khusus, dan aku tidak memanfaatkan waktu secara konstruktif dengan melakukan pekerjaan rumahan atau menyiapkan makan malam. Tidak.

Sebaliknya, aku mendengarkan musik atau hanya duduk memegang buku. Tidak benar-benar membaca, tetapi hanya menikmati ketenangan dan kesempatan untuk bermeditasi.

Aku menyadari benar bahwa aku hanya benar-benar sendirian selama beberapa jam di sore hari, Senin sampai Jumat. Penting ini.

Selama satu tahun, secara bertahap semakin dalam. Aku mulai merancang ke depan sejauh mungkin untuk merencanakan waktu yang dihabiskan untuk mendengar lagu dari Jazirah arab atau Eropa Timur dan membaca kembali beberapa buku favorit dengan santai.

Aku telah menganggap hal ini sangat penting dengan cara yang tidak dapat kuartikulasikan atau kurasionalkan.

Ketika Alien pertama kali muncul-atau mungkin terwujud adalah cara yang lebih baik untuk menggambarkan kedatangannya-aku sedang duduk dengan buku karya Motinggo Busye terbuka tetapi menghadap ke bawah di lututku, menatap ke angkasa, ke ruang yang sangat sulit baginya untuk menyulap dirinya sendiri.

Buram seolah-olah tercermin di permukaan air kolam yang keruh, dia melintas di depanku berulang kali dan perlahan-lahan-sangat lambat-menjadi lebih jelas, menjadi bentuk makhluk padat.

Terus terang, aku kecewa. Dia tak lebih dari makhluk hijau dengan tubuh kecil diselubungi jubah dari cita abu-abu. Anggota badan, tangan, dan kakinya kecil dan kepalanya besar. Begitu pula matanya yang menatap ke arahku seakan sedih.

Tidak diragukan lagi bahwa dia cerdas, tetapi menunggu dia berbicara membuatku menjadi tidak sabar, dan ketika akhirnya dia berbicara, dia terdengar persis seperti yang kuduga. Mau tak mau aku menertawakan denting metalik klise dan nada monoton. Siri lebih baik darinya.

Alien itu tidak terganggu oleh kegembiraanku. Faktanya, dia sepertinya tidak menyadarinya sama sekali dan sekarang, setelah dia mulai bicara, dia terus saja berkotek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun