Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pria yang Membawa Selembar Potret

16 Maret 2022   07:00 Diperbarui: 16 Maret 2022   11:50 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia cukup oke. Namun, kamu seharusnya mempertanyakan motif seorang pria yang mengeluarkannya pada kencan buta dan menunjukkannya kepadamu. Gadis dalam gambar dengan belahan dada nyaris tanpa busana.

"Ini waktu kami di Singapore, malam terbaik dalam hidupku," kata pria itu sambil membelai wajahnya yang cemberut.

Wajah itu menceritakan kisah lain. Pria itu menganggap dia adalah seorang foto model, tetapi mengakui yang dilakukan hanyalah menjadi model katalog lingerie.

Apa? Tidak ada pemotretan untuk mode busana selain pakaian dalam? kamu ingin bertanya, tetapi kamu tidak melakukannya. Kam mendapat kesan bahwa dia perlu mengatakannya. Seolah-olah itu seperti tumor yang menekan saraf optiknya dan begitu dia berkata, "Aku pernah berkencan dengan seorang model," entah bagaimana pria itu merasa lebih baik.

"Dia biasa berjalan telanjang. Pernah dia melompat dari tempat tidur dan membukakan pintu, dan yang datang adalah ibuku. Memalukan, ya?" dia menjelaskan sambil meringis.

Kamu memfokuskan pandanganmu pada seorang anak yang memasukkan kentang goreng ke mulutnya karena kamu yakin melihat mata pria itu berair.

"Riang memutuskanku sehari setelah foto ini diambil," rengeknya.

Baru kali ini ada seorang wanita yang namanya sesuai dengan fotonya, pikirmu. Kemudian seolah-olah dia teringat sesuatu yang mengingatkannya pada wanita yang menatapmu dari foto itu, karena dia mulai mengoceh lagi.

"Teman-temannya memanggilnya Riang, tapi dia memakai nama lain untuk kerja," jelasnya.

Kamu mencoba menutup celah dalam perbincangan itu, tetapi tidak berhasil. Pria itu melanjutkan selama lebih dari satu setengah jam tentang bagaimana dia memohon pada Riang untuk tidak meninggalkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun