Sulaman pada kain nila itu melukiskan seekor naga emas terbang menembus mega. Dalam imajinasi penjahit, makhluk itu mengepakkan sayapnya, naik ke udara, dan berputar di atas sungai berlumpur yang bermuara ke samudra.
Ayano adalah putri tunggal Sumiyoshi. Pria itu terkenal menghasilkan banyak uang melalui spekulasi di pasar gelap, dan kimono pesanannya menunjukkan kekayaan keluarga tersebut. Hanya beberapa hari sebelum pernikahan, si penjahit menerima pesanan mendesak dari pria itu dan menyuruhnya mengesampingkan tugas-tugasnya yang lain.
Batas waktunya adalah keesokan paginya, dan dia bekerja hingga larut malam. Ketika saat fajar dia selesai menjahit. Pintu rumahnya diguncang oleh sederet ketukan tajam.
Penjahit itu bertanya-tanya dalam hati setelah melihat jam dinding. Dia membuka tirai.
Dengan ekspresi serius di wajahnya, seorang gadis berwajah pucat ada di depannya.
"Oh, Nona Ayano." Dia tidak menyangka akan bertemu dengan putri Tuan Sumiyoshi secepat ini.
Ayano melihat ke sekeliling dengan senyum tipis.
"Bagaimana kimonoku?"
"Sudah selesai, Nona."
"Oh ya?" Dia menundukkan kepalanya.