"Tidak!" suara Rakyan Gardapati menggelegar. "Belum. Aku telah berbicara dengan para tabib pandita. Mereka mungkin bisa memberikan tanaman obat penyakit penyebab wabah, tapi mereka butuh waktu. Mereka butuh waktu untuk menguji dan mencampur ramuan atau apa pun yang mereka lakukan di kuil Mohini. Tugas kalian di sini adalah melindungi warga desa dari pasukan kerajaan. Yang perlu kalian lakukan adalah memperlambat gerakan pasukan, memberikan waktu yang cukup untuk penyembuhan. Kita harus mencoba dan kalian akan mendapat imbalan yang lebih untuk itu. Ketika ramuan itu ditemukan dan berhasil menyembuhkan mereka yang sakit, Baginda Raja akan dipermalukan karena menolak untuk menyelamatkan rakyatnya sendiri, maka aku akan mendapatkan dukungan yang cukup untuk melengserkannya dan menunjuk pengganti yang cocok. Dan setelah itu, kalian semua akan diberi pengampunan."
"Aku setuju," ucap Janar menganggukkan kepala.
"Sedapat mungkin aku lebih suka kalian tidak membunuh para prajurit kecuali benar-benar terpaksa. Kebanyakan dari mereka melakukannya karena harus patuh pada perintah komandan."
Ganbatar menghela napas. "Itu akan sulit dan membosankan."
Palupi tertawa dan meninju si raksasa. Wajah Ubai tetap serius "Apa yang terjadi jika para tabib pandita gagal menemukan ramuan obat?"
Wajah Rakyan Gardapati berubah muram. "Kita berdoa saja agar itu tidak terjadi dan tetap berharap. Pembantaian besar-besaran akan dibenarkan dan Raja akan mendapatkan lebih banyak sekutu.".
Rakyan Bagaspati berdiri perlahan dan menatap wajah mereka masing-masing.
"Sekarang, apakah Anda siap menjadi pendukungku?"
Ubai dan Palupi mengangguk.
"Aku tak perlu ditanya lagi," jawab Janar.
"Siapa yang tidak suka petualangan?" Ganbatar menyeringai.