Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Abadi Selamanya

8 Maret 2022   11:16 Diperbarui: 8 Maret 2022   11:33 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayu tidak akan mengucapkan selamat tinggal kali ini. Dia telah berusaha keras, berkorban, membayar banyak, untuk tidak mengucapkan selamat tinggal kepada istrinya lagi.

Menyandarkan kepalanya ke dinding kaca pod dan menatap ke tubuh Kalya yang baru dicetak. Dia menatapnya, tersenyum dan berkata, "Aku mencintaimu."

Bayu menoleh ke teknisi yang memantau pod dan, jika dia tidak takut itu akan mengganggu proses transfer yang sedang berlangsung, dia akan memeluknya dengan penuh syukur. "Ini berjalan dengan baik. Dia bisa bicara. Dia mengenaliku."

Teknisi itu mengangguk, wajahnya yang kurus tanpa ekspresi, diterangi oleh cahaya neon dari bantalan monitor yang ada di tangannya.

Abadi Susman, label namanya terbaca. Bayu melawan keinginan tiba-tiba untuk tertawa. Abadi Selamanya akan lebih tepat.

"Sepertinya." Suara Abadi sama tirus dan kering seperti wajahnya. "Namun, dia dibawa ke sini sudah sangat terlambat. Kerusakan pada korteksnya sudah sangat parah."

"Sungguh keajaiban mereka berhasil memulihkannya."

Bayu mengalihkan perhatiannya kembali ke pod pemulihan. Mayat di dalamnya bukanlah yang ditarik dari puing-puing pesawat: yang telah rusak tidak dapat dikenali dan diperbaiki. Paramedis berwajah muram yang mengantarkan jenazah yang terbakar menyatakan Kalya telah meninggal setidaknya sepuluh menit sebelum mereka dapat memulai proses pemindahan ... dan mengatakan dia mencintainya.

Syukurlah dia telah berinvestasi dalam teknologi perekam kehidupan yang baru.

Kalya memprotes, pada awalnya. "Ini menyeramkan. Aku tidak ingin hal seperti itu di dalam diriku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun