Oleskan minyak esensial di telapak dan pergelangan tangan, telan kapsul oranye yang kaya vitamin dan mineral. Biarkan meresap. Minum air kelapa hijau, makan buah manggis. Taruh kepalamu di atas bantal yang steril, dan ingat ketika kita mencampur koktail sayur yang luar biasa dalam blender yang diteteskan sari jeruk nipis, rumput hijau sampai kulit kita terbakar.
Kita tak terkalahkan, ingat? Kita akan mendongak ke langit yang tak berujung, menghitung awan berarak, hasrat bergejolak, menjentikkan jari dan bernyanyi acapella.
Tetap saja, alto suaramu, begitu halus seperti beledu, menyelimuti seluruh tubuhku hingga mataku berkabut.
Dan kemudian, jadwal hari-harimu padat dengan kemoterapi, rambut rontok, mual dan muntah. Kamu hanyut dan pergi dengan morfin saat aku mengadu kepada Tuhan yang akan mendengarkan.
Akhirnya hari itu tiba. Kamu dibebaskan.
Jadi aku bergegas membuka pintu kayu mahoni untuk membawa keluar tanaman hijau dan mendorong daun-daun jendela membiar angin sepoi-sepoi. Kemudian, aku membuat minum teh telang panas dan semangkuk buah anggur merah.
Letakkan semua masalahmu di tempat lain, itu saja.
Tutup matamu, dan bermimpilah saat kita menunggu hari lain, menunggu matahari terbit sekali lagi.
Bandung, 3 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H