Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis Arang

22 Februari 2022   20:46 Diperbarui: 22 Februari 2022   21:38 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurang dari satu jam kemudian, dia meninggalkan rumah dengan kereta yang ditarik oleh empat ekor kuda putih, bersinar seperti matahari musim panas dalam gaun sutra yang berkilauan dengan semua perhiasan emas dan nyala merah api hutan.

Dia tidak kembali malam itu, atau malam berikutnya. Saudara-saudaraku yang bersembunyi di obor-obor di dinding istana memberitahuku bahwa sang pangeran begitu terpesona oleh tamu misterius itu sehingga dia melamarnya sebelum dansa terakhir, dan dia menikahinya minggu berikutnya.

Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya, dan aku juga tidak terlalu peduli.

Dia pasti sudah tahu apa yang akan aku lakukan. Dia tidak terlalu pintar, tetapi dia juga tidak bodoh untuk percaya bahwa sihir agung seperti itu gratis tanpa tumbal darah.

Keluarga tirinya tiba di rumah larut malam itu, mengeluh karena telah membeli gaun yang begitu mahal, kaki lecet, dan tidak ada pangeran yang mengajak mereka berdansa. Mereka membanting tubuh ke tempat tidur dan mendengkur dalam hitungan detik setelah muka dengan bedak tebal mereka membentur bantal.

Mereka tidak pernah tahu tentang bara yang menyala di bawah tempat tidur mereka dan di sudut-sudut ruangan yang tersembunyi.

Sudah lama sekali sejak aku menyantap manusia. Harus kuakui mereka lezat. Mereka akan selalu dikenang sebagai saudara tiri yang jelek, tetapi mereka sangat cantik saat terbakar. Kulit mereka menghitam setipis renda di gaun pengantin kerajaan, sebelum luruh menjadi abu.

Bandung, 22 Februari 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun