I. Puisiku Sonnet Sunyi Sendiri
pada awalnya hanyalah kata
firman Tuhan
kata itu adalah kesepian
menatap diri sendiri kabur buram
cermin di kamar mandi, di tubuhku
bila 'ku menjadi lebih baik? yang harus lakukan?
menelepon presiden? dia memiliki tubuh
seperti milikku, jauh lebih kuno
mungkin, dia tahu rahasia
tentang membuatnya merasa tidak sendirian
'ku telah bertemu kesendirian
di lantai rumah yang pernah meraung
hanya bisikan berlari
derak naik turun tangga
bertemu diam di ranjang
yang mencium kedua punggung kita
sampai pagi
'ku telah bertemu kesepian
'ku sudah berjumpa kesunyian
tak adanya kalian
yang mencoba, mungkin ketidakhadiran
kata yang majal bagi mereka yang berusaha
tetapi tak dekat bertemu kesepian
karena tidak memiliki siapa pun untuk diceritakan
apa yang terjadi di dalam kepalaku?
'ku telah membunuh selusin sepi
di hutan belantara waktu di sini
membelah udara memohon ampun
hari itu aku memberitahumu
tentang perasaan orang lain
yang lebih manusiawi daripada milikmu
membuka mulut untuk bicara, tapi
bagai berteriak ke tebing jurang
menggandeng tanganku
dan aku jatuh menjauh
apakah aku pernah baik padamu?
apakah aku pernah baik padaku?
apakah aku pernah baik pada kita semesta alam?
terkadang, bibirku gemetar dalam mencari diksi
untuk semua hal yang ingin 'ku jadikan puisi