II. Puisiku Menyembunyikan Laut
menahanku sesak ke dalam paru-paru
katakan padaku alam semesta
bukan lagi alam semesta bagi kita
katakan gravitasi
kekuatan yang lebih kuat dari semuanya
menahan kita tetap di sini, menang akhirnya
terakhir kali aku melihatmu
aku ingat kepang kuda
apa perbedaan antara kamu dan matahari?
'ku ingat cahaya. 'ku ingat cahaya!
ingat tawa
ingat hidup
duka adalah hamparan arang panas membara di telapak kaki
beri waktu satu detik
hanya butuh satu detik
hanya butuh sedetik
untuk luka datang membara saat kita berhenti
aku belajar menyembunyikan laut di balik bola mata
ketika seorang teman meminta mengatakan sesuatu tentang obituari
dan kami memberi tahu mereka bagaimana kamu dulu berdoa
selalu
dan doa-doa itu terjawab sembilan tahun kemudian
aku belajar menyembunyikan laut di balik kata-kata
ketika kaum papa bercerita tentangmu,
menyanyikan cintamu untuknya,
tetapi bersembunyi di hutan cemara ketika dia datang
atau bagaimana kamu hampir menjadi seorang bidadari
atau bagaimana namamu bisa menjadi Kunti
aku belajar menyembunyikan laut di dalam nadi
ketika mendapatkan kabar baik dan ingin berlari ke pelukan
dan meneriakkannya membuatmu bangga,
membuatmu bahagia.
aku belajar menyembunyikan laut di belakang malam
pada hari-hari kenangan yang tersesat datang berkibar
bau asap knalpot mobil di malam hari
aku belajar untuk menyembunyikan laut di derai air mata
di malam hari ketidakhadiranmu
menggigil dan menggigit tulang
aku hanya belajar menyembunyikan laut
atau waktu untuk berduka
hari ini, aku berhenti berlari