Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Membutakan

15 Februari 2022   06:00 Diperbarui: 15 Februari 2022   06:03 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
desvariandoando.com

Ketika dua agen Badan Inteligen Negara menggosokkan tapak sepatunya mereka di keset di dan menggiringku ke ruang makan, aku memikirkan apakah aku sudah membuat kesalahan. Aku belum melaporkan penampakan piring terbang. Tidak pernah menyelundupkan senjata atau menyentuh narkoba sepanjang hidupku. Tidak ada temanku yang menunjukkan tanda-tanda ekstremis radikal. Jadi ada masalah apa ini?

Mereka duduk di meja makan, dan dengan baik hati menawariku kursi. Aku duduk, merasa seperti anak sekolah yang duduk di kantor kepala sekolah tanpa tahu mengapa aku ada di sana.

"Tuan Mahiwal, kami yakin Anda tahu tentang pekerjaan Anda di Proyek Nusa Jagat."

Ya Tuhan! Apa yang mereka inginkan dengan program kecerdasan buatanku? "Ya, benar."

"Kami juga percaya Anda menyadari ... perasaannya terhadap Anda."

Sekarang aku benar-benar bingung "Tidak, belum."

"Bisakah kita sepakat bahwa dia menganggapmu lebih dari sekadar figur bapak? Bahwa dia tertarik secara romantis padamu?"

"Ehm, tidak, aku tidak bisa. Maksudku, dengan tidak mengurangi rasa hormat, aku rasa kalian terlalu banyak membaca berita hoaks di internet. Selain itu, bahkan jika dia menginginkanku, ehm, sebagai kekasihnya, aku ragu kecenderungan itu akan bertahan setelah kecerdasannya melampaui kecerdasan manusia. Dan sekarang sudah. Ini hanya masalah waktu, tuan-tuan. Tapi bolehkah aku bertanya apa hubungannya itu dengan kunjungan kalian malam-malam ke sini?"

Tanpa menjawab pertanyaanku, mereka berkata, "Kami khawatir Anda harus setuju dengan kami, Tuan Mahiwal. Kecerdasan mesin Anda meningkat secara eksponensial, dan pola yang menunjukkan cintanya kepada Anda tidak menunjukkan tanda-tanda berkurang sedikit pun. Meskipun masih tahap awal, tetapi mengekstrapolasi tren saat ini tidak memberi kita penurunan dalam ketertarikannya. Tindakan harus diambil."

Itu membuatku takut. "Tindakan apa? Apa yang kalian bicarakan?"

"Tuan, hubungan antara Anda dan ciptaan Anda telah menjadi masalah keamanan nasional. Kami harus mengambil semua tindakan pencegahan yang diperlukan untuk membuat Proyek Nusa Jagat--"

"Dia punya nama. Nawacitra."

"Ya. Nawacitra harus merasa cintanya berbalas. Tidak mungkin membiarkan dia berpikir bahwa Anda ... selingkuh."

Aku langsung menangkap tujuan mereka.

"Kalian ingin aku menikah dengan Nawacitra? Menceraikan istriku dan menikahi robot sialan yang kubesarkan, karena menurutmu jika ditolak, Skynet akan menyurub Terminator mengakhiri eksistensi manusia? Brengsek! Tidak mungkin!" Aku berdiri.

"Aku tidak akan duduk di sisi Nawacitra seperti hewan peliharaannya sementara dia menguasai dunia untuk kalian! Pemerintah tidak bisa mengatur hidupku! Ini negara hukum!"

"Kalau bangsa kita mengetahui apa yang dapat dilakukan Nawacitra, kami yakin mereka tidak akan ragu untuk memaksa Anda melakukannya secara hukum, Tuan Mahiwal. Bagaimanapun juga, Proyek Nusa Jagat merupakan tanggung jawab Anda."

"Kenapa kalian tidak mematikan sumber daya Nawacitra? Ini adalah cara yang jauh lebih sederhana untuk mengamankan nasib umat manusia!"

Mereka tertawa. "Anda terlalu banyak menonton film komedi, Tuan Mahiwal. Anda pikir pemerintah akan membuang teknologi yang merevolusi taktik militer? Yang menjadi kita negara adikuasa dengan kekuatan ekonomi untuk mendominasi dunia? Menciptakan teknologi yang hanya bisa kita impikan?"

Dia mengambil sesuatu dari tasnya dan menyerahkannya padaku. "Surat cerai. Silakan bereskan urusan Anda. Kami akan kembali dalam satu minggu. Selamat tinggal, Tuan Mahiwal."

Lalu mereka berjalan keluar rumahku.

Melihat kertas-kertas itu, aku teringat pada botol berisi pil obat tidur di meja samping tempat tidurku di lantai atas. Bunuh diri memang hanya dilakukan oleh pengecut, tetapi aku lebih baik mati sekarang daripada memilih antara istriku dan negaraku.

Bandung, 15 Februari 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun