Kepala Tina menunduk menatap layar ponselnya  yang berkedip-kedip dan berisik suara tembakan dan ledakan granat. "Apa?"
Aku menggelengkan kepala, menghela napas panjang. Mutya benar bahwa Tina sarkastik. Dia bahkan mungkin lebih sarkastik dariku.Â
"Nah, bagaimana denganmu?"
"Yah..., aku dibesarkan di daerah hitam. Orang tuaku punya toko daging. Aku penah menjadi tersangka dalam tiga kejadian pembunuhan waktu umurku sepuluh tahun. Tak lama setelah ulang tahunku yang ke-17, aku masuk rumah sakit jiwa tak jauh dari sini."
"Dan kamu kira kamu lebih hebat dariku?" Dia benar-benar mencoba mengalahkanku dalam permainan gila ini, jadi sepertinya aku harus mengeluarkan kartu gilaku sendiri untuk menakutinya.
"Mengingatkanku pada beberapa kejadian waktu aku masih anak-anak. Oh, satu hal lagi yang lupa aku sebutkan. Percaya atau tidak, aku sebenarnya zombie."
"Betulkah? Zombi macam apa kamu?"
"Romero."
"Oh ya?"
Aku terkekeh, yakin dia tidak benar-benar tahu apa itu zombie Romero. "Kamu tahu apa itu zombie Romero?"
"Ya. George Romero. Night of the Living Dead."