Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Suara Keheningan

7 Februari 2022   18:10 Diperbarui: 10 Februari 2022   19:18 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

jaring lelaba bersimpangan di punggungku menceritakan kisah setua dunia
malu-malu menggumamkan yang kata-kata takut 'tuk bernafas
hal-hal yang melodi takut mengikat dalam lagu
kakiku sebagai budak kenangan malang bergerak tanpa berpikir
sepanjang jalan terlarang kutukan koreografi tari

aku adalah pernyataan kebencian
putra yang hilang terlahir akibat dosa
wajud tabu ibu alam dimuntahkan dengan jijik gregetan
jangan heran jika menemukan 'ku tanpa cinta
bumi malu dengan peran yang dia mainkan
menahanku di sini --

gaya tarik bumi tak dapat membuat pengecualian meski ingin
darah beroksigen enggan mengaliri pembuluh darah
melawan alam yang lebih baik masih menarik napas
pada akhirnya kita semua adalah budak takdir

menyipitkan mata sekuat daya terkadang
menemukan nyaman dalam kepahitan
dalam kehausan akan kebenaran yang menyedihkan--
bahwa aku
miliki tempat tak dimiliki--
kontradiksi rengkah
ujung kutub dari setiap kebajikan matahari--
sansak tinju kebencian diri setiap lelaki
idola untuk semua hal yang tidak seharusnya tapi apa adanya
penjara bawah tanah yang sepi dari barang-barang terbuang
kematian nilai memberi makna pada jiwa melayang
desain kegelapan sehingga engkau semua bersinar terang

Jika aku mampu membantu
takkan jua bertanya-tanya apa itu psikopat
yang membuat boneka berkemampuan lebih
ambisi menggantung mengejek di luar jangkauan
mencuri pengunduran diri takdir

sesiapa menciptakan keheningan dengan hasrat berteriak?
penuhi keinginan tetapi tanpa satu zarah kehendak merdeka
mungkin pada akhirnyakita tak lebih lelucon universal
yang sakit jiwa

sedikit buku pemberani memuat kisah-kisah kebejatan
tak ada yang ingin baca bagaimana kotoran disapu
di bawah sol sandal kaca
pengorbanan yang dilakukan wayang Yudas
tak ada orang yang hendak baca renungan filosofis mainan bocah

'ku tak (coba) menulis buku terlaris
dengan menaikkan volume suara keheningan

Bandung, 7 Februari 2022

Sumber ilustrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun