suatu malam kita akan duduk di lincak
tanpa cahaya saling memandang
senandung revolusi lagu yang lapar, bung
jangan bernyanyi kidung
lantunkan nyala api ratapi hujan es
Mungkin kau merasa bahagia
legiun merpati terbang dari dada
menuju tanah yang lebih hijau
berkembang biak bunga lada
Jiwa kita api yang terlupakan
bagaimana membakar
dan di mana pun hatiku merasuk
akalku habis teriakkan logika busuk
sungut tak sabar membagi berita
kepada putra putri kita
hidup adalah derita indah
dan mereka haram menangis
saat bulan memudar kelabu
wanita yang menumbuk lesung di wajahnya
dengan pinggang yang lelah
Suatu hari, ku akan memberi tahu putri
bahwa cinta adalah siung bawang
memberi rasa
ketika diiris mengundang menangis.
apakah itu
pataka robek bercampur dengan udara
tersumbat hidung, liur meleleh
ledakan berputar-putar di pikiranku
diam-diam kutahu,
tidak ada yang peduli.
tuak enak di cuaca dingin beku
bersebadan mempelajari pola
tubuh pecah menjadi
mungkin kubakar diri sendiri 'tuk menemukanmu
mungkin kubantu kau temukan rumah di dalam diri
Bandung, 25 Januari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H