Tujuh tahun aku menunggu pencocokan DNA.
Tujuh tahun penantian penuh kecemasan tentang seperti apa dia nantinya. Tujuh tahun ketegangan tentang apakah dia akan menganggapku menarik dan pasangan yang cocok.
Dua puluh satu miliar manusia yang menghuni planet ini. Aku tidak pernah mengerti mengapa begitu sulit untuk menemukan pasangan yang tepat. Roda pemerintahan Bumi Bersatu berjalan lebih lambat daripada yang pernah dimiliki pemerintah negara mana pun sebelumnya.
Selalu masalah birokrasi.
Awalnya, gagasan di balik peninjauan DNA tampaknya baik: untuk mencegah cacat fisik dan penyakit mental. Tapi tidak ada yang pernah berpikir harus menunggu begitu lama atau mungkin kita tidak menyukai pasangan yang ditentukan oleh sistem bank data Bumi Bersatu.
Siapapun dia yang dipasangkan denganku, kami adalah orang-orang yang beruntung. Kami akan mendapatkan pasangan hidup. Kami akan berkembang biak, memiliki lahan sendiri lahan delapan puluh meter persegi di pinggir kota. Itu akan lebih baik daripada beton dan baja, dua puluh satu meter persegi yang didapatkan seorang bujangan. Apalagi baru-baru ini aku juga kehilangan satu-satunya jendelaku, ketika beberapa anak birokrat memanfaatkan jabatan orang tuanya dengan alasan 'kebutuhan'.
Kecocokan DNA berarti kebebasan.
Aku mengambil dokumenku pagi kemarin pagi dari bank data di Bintan. Menyimpannya di bawah bantal. Menjaganya semalaman.
Aku hanya mengenalnya dari nomor serinya yang tercetak di tulang belakang jika aku ingin memeriksanya begitu dia tiba.
Aku takkan melakukannya. Aku hanya ingin bertemu dengannya, mengucapkan beberapa patah kata, mencari tahu apakah juga membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mendapatkan jodoh, sama sulitnya sepertiku.
Dan kemudian ... menjalani sisa usia bersamanya.