Kadang-kadang, seorang novelis akan memasukkan lirik lagu atau puisi yang panjang ke dalam novelnya. Silakan diabaikan.
2. Manfaatkan waktu, bukang membuang waktu.
Waktu masih SMP, aku menghabiskan tiga hari di tempat tidur saat bulan Ramadan membaca Bu Kek Siansu dan anak cucu cicitnya.
Hari-hari itu sudah berakhir. Kita tidak punya waktu panjang seperti dulu, bahkan di saat lockdown. 'Waktu luang' berupa potongan-potongan kecil.
Jadi manfaatkan potongan-potongan kecil itu di sana-sini, ketika sedang duduk di busway, sebelum tidur, ketika bangun di pagi hari, atau saat menunggu di bilik merenung.
3. Tidak apa-apa untuk tidak membaca sebuah novel sampai tamat.Â
Kecuali sudah merupakan tugas negara (atau tuigas sekolah), jangan pernah membaca novel hanya untuk menyelesaikannya. Kalau sudah mencoba untuk bertahan tapi tampaknya tidak berhasil, jangan ragu untuk melepaskannya.Â
Ada terlalu banyak novel di dunia ini untukmu untuk merasa terikat untuk membaca satu novel saja. Temukan novel yang kamu sukai. Jangan merasa terikat pada daftar yang harus dibaca.
4. Jatuh cinta tidak selalu pada pandangan pertama.Â
Aku mendapuk diriku sebagai seorang pecinta novel garis keras. Tetapi sangat sedikit novel yang menarik perhatianku di dua puluh lima halaman pertama. Dengan kata lain, Dua puluh lima halaman buatku adalah masa pedekate untuk mencari tahu apakah aku cocok dengan dia.Â
Terserah kamu untuk memutuskan berapa halaman yang kamu berikan untuk sebuah novel untuk memutuskan kalian memang ditakdirkan untuk bersama---25 halaman, 50 halaman, 100 halaman. Tapi tetap kasih kesempatan. Berikan novel waktu yang cukup untuk membuktikan bahwa dia layak mendapatkan perhatianmu.