Temen-temen, hayu ah kita ketemuan sambil sosonoan. Ketemuan di Kantin Cuanki Asli Bandung
Waktunya tanggal 7 Januari 2022, bakda Ashar.
Pesan itu muncul di grup WhatsApp alumni kelas SMA kemarin, Kamis, 6 Januari 2022 08.59. Â Artinya, kalau aku hadir, dalam waktu kurang dari dua minggu sudah tiga kali nongkrong di sana. Lokasinya di Jl. Pak Gatot II No. 23, KPAD Gegerkalong, Bandung. Kebetulan tak berapa jauh dari rumah.
Konon, cuanki berasal dari merk dagang Tim Sam (dimsum) berkuah, yaitu Bakso Tahu Kuah Choan Kie di wilayah Bandung, diproduksi di kota Cimahi. Choan Kie sendiri mengandung arti rezeki (cuan). Namun, seperti kebiasaan warga Bandung yang kreatip dan inopatip, otak-atik nama jajanan yang merupakan andalan untuk mengganjal perut ini disebut sebagai singkatan dari Cari Uang (dengan) jalAN kaKI, karena dibawa oleh penjaja keliling dengan cara dipikul.
Kantin Cuanki Asli Bandung yang berdiri sejak enam tahun lalu memang selalu ramai oleh pengunjung. Sudah bisa ditebak, pasti selain karena rasanya yang endeus, harganya pasti merakyat. Â Dengan kisaran harga makanan antara 15 ribu s.d 21 ribu yang terjangkau untuk kalangan rakjel (alias rakyat jelata). Menu favorit di sini adalah bakso goreng bumbu kacang, mie ayam, yamien, dan cuanki (sudah pastilah!)
Biasanya dijadikan tempat kumpul komunitas, mulai dari anak sekolahan, mahasiswa kuliahan, ibu-ibu majelis taklim atau grup senam zumba, atau bapak-bapak penggemar sinetron Ikatan Cinta (ini kalau ada, sih).
Karena berada di pertigaan jalan dalam KPAD yang sepi dari lalu lintas kendaraan, tidak sulit untuk mendapatkan tempat parkir.
Pengunjung umumnya betah berlama-lama. Meski tidak menyediakan wifi, tapi koleksi bukunya lumayan untuk dibaca di tempat. Pemiliknya, Irfina yang nama panggilannya Fine (bukan 'fain' atau 'pine' juga sangat kepada setiap pengunjung. Belum lagi display dan setting layout indoor dan outdoor yang instagramable. Membuat pengunjung memesan lebih dati satu item makanan dan minuman saking betahnya.
 Saat salat Ashar, mendadak hujan deras melanda Kota Bandung.
"Jadi kan, datang ke CAB?" temanku menelepon.
"Hujan, males ngeluarin mobil, baru dicuci," jawabku.
"Tunggu di rumah, gue jemput!"
Azan magrib, kami membubarkan diri dalam derasnya hujan. Sebagian melaksanakan salat magrib di CAB.
 Walhasil, sampai tulisan ini diunggah sebagai diary, aku tak ingin makan malam lagi karena kekenyangan.
Bandung, 7 Januari 2022
(Seluruh foto adalah dokumentasi pribadi Ikhwanul Halim)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H